TEL AVIV – Militer Israel (IDF) mengancam akan bereaksi lebih keras terhadap faksi Hamas terkait aksi demonstrasi yang akan berlangsung pada siang waktu setempat di perbatasan dengan Jalur Gaza. Israel tidak segan-segan untuk memperluas operasi keamanan, tidak hanya sekedar di perbatasan saja.
“Kami tidak akan membiarkan ini (demonstrasi) menjadi acara mingguan. Kami tidak ingin membatasi respons hanya ke area perbatasan saja,” ujar juru bicara IDF, Brigadir Jenderal Ronen Manelis, melansir dari Xinhua, Jumat (6/4/2018).
Sebagaimana diberitakan, ribuan warga Palestina di Jalur Gaza berunjuk rasa pada pekan lalu di sepanjang perbatasan dengan Israel. Unjuk rasa berujung kekerasan itu menyebabkan sedikitnya 16 orang meninggal dunia dan 1.000 lainnya luka-luka.
BACA JUGA: Militer Israel Tewaskan 16 Warga Palestina, PBB Minta Penyelidikan
Menurut laporan yang beredar, Hamas dan penduduk Gaza sudah menimbun ban-ban dalam beberapa hari terakhir untuk dibakar selama unjuk rasa di perbatasan. Manelis menerangkan, seorang militan Hamas ditangkap pada Rabu 4 April tengah malam ketika berusaha menyusup ke Israel untuk melancarkan serangan.
“Kami memiliki informasi intelijen yang mengatakan bahwa Hamas berencana melakukan serangan teroris besok (Jumat). Mereka akan menggunakan api dari ban-ban yang dibakar untuk mengalihkan perhatian. Kami sudah melakukan persiapan yang dibutuhkan,” ujar Ronen Manelis.
Unjuk rasa pada pekan lalu dilakukan dengan tuntutan utama pemberian hak bagi pengungsi Palestina untuk kembali ke tanah mereka yang saat ini dikuasai Israel. Para pengunjuk rasa mendirikan tenda-tenda di perbatasan guna melakukan aksinya hingga lima pekan mendatang.
Kekerasan diperkirakan tidak akan berakhir hingga 15 Mei, yang diperingati sebagai ‘Hari Nakba’ oleh warga Palestina, atau hari penderitaan. Peringatan tersebut bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Israel ke-70.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah mengumumkan bahwa pemindahan Kedutaan Besar ke Yerusalem dilakukan pada pertengahan Mei mendatang. Keputusan tersebut memicu kemarahan luar biasa dari warga Palestina yang menghendaki Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara jika kelak merdeka.
(Wikanto Arungbudoyo)