Alasan Profesor Matthew Jatuh Cinta pada Wayang Kulit
Profesor Matthew Isaac Cohen menceritakan kepada Okezone alasannya mencintai wayang kulit ketika mulai menggeluti dunia teater. Rasa penasaran timbul ketika pada 1980, banyak teater yang berakar dari Asia dan menyebabkan ia ingin tahu bagaimana seni peran itu aslinya.
"Latar belakang saya sebenarnya orang teater. Pada tahun '80-an itu banyak teater yang belatar Asia, jadi saya ingin tahu bagaimana aslinya, penasaran," ungkap Matthew.
Ia menambahkan, wayang kulit merupakan sebuah seni pertunjukan yang sangat kompleks. Khususnya sang dalang yang menjadi titik penting pertunjukan ini. Dia memiliki banyak peran dalam mengatur kelancaran serta kesuksesan pergelarannya.
"Wayang itu salah satu jenis teater maupun upacara. Ini yang menarik bahwa satu bentuk kebudayaan bisa dikatakan seni tapi bisa juga dikatakan ritus,” paparnya.
Pria yang merupakan guru besar bidang teater internasional di Royal Holloway, University of London, ini sudah 30 tahun menggeluti kesenian wayang kulit. Dia belajar dan memperdalam ilmunya di Solo dan Cirebon.
"Pada 1989, saya datang ke sini. Waktu itu dapat beasiswa dari Amerika. Lalu saya masuk Aski Solo yang sekarang jadi ISI Solo, dan 1993 saya pindah ke Cirebon," terangnya.
Sedangkan Kepala Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disporbudpar) Kabupaten Cirebon Kartono menyatakan sangat mengapresiasi acara seperti ini. "Sangat kami dukung, bukan saja wayang, tapi bentuk kesenian lain, sangat kami dukung," ucapnya.
Ia menambahkan, melalui pementasan ini tentunya memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk tetap melestarikan kesenian Cirebon.
Kartono berharap dengan terselenggaranya pementasan ini menumbuhkan rasa untuk menjaga kebudayaan lokal, khususnya wayang kulit.
"Dengan adanya kegitan ini, harapan saya, para generasi muda bisa menjaga kesenian Cirebon," jelasnya.
(Hantoro)