Kapendam XVII/Cendrawasih, Muhammad Aidi, menyebut kontak senjata terjadi di dekat pos penjagaan Polri sehingga ia belum bisa memastikan apakah ada anggota polisi yang terkena tembakan atau tidak.
"Anggota kami di pos bilang terdengar tembakan dua kali lalu eskavator milik PT Istaka Karya dibakar. Tapi eskavator itu sudah lama rusak dan memang tidak dijaga," ujar Muhammad Aidi kepada BBC News Indonesia.
Kendati demikian, ia mengklaim kondisi di Nduga sudah kembali aman dan sejumlah warga yang sempat mengungsi ke hutan sudah kembali ke rumah.
Lebih jauh ia menyebut, TNI-Polri akan terus melakukan operasi militer tanpa batas waktu dan akan menangkap seluruh anggota TPNPB pimpinan Egianus Kogoya dalam kondisi hidup atau mati. Hingga kini belum ada satupun yang berhasil ditangkap atas kasus pembunuhan karyawan PT Istaka Karya.
"Sampai sekarang kita belum intensif untuk pengejaran tapi melakukan pengamanan, karena kita fokus terhadap perlindungan warga dan pengungsi," katanya.
Menurutnya, kondisi kelompok TPNPB sudah terjepit karena kekurangan logistik makanan. Apalagi hampir seluruh kampung di Kabupaten Nduga, sudah dikuasai TNI.
"Kita identifikasi kondisi mereka saat ini terjepit karena semua kampung sudah diduduki oleh aparat keamanan."
'Tak bisa bedakan warga dan anggota TPNPB'
Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hasegem, meminta pemerintah pusat turun tangan dengan menarik seluruh aparat keamanan dari kampung-kampung di Kabupaten Nduga. Dengan begitu, ribuan warga yang mengungsi bisa kembali ke rumah.
Dari pantauannya ke Distrik Mapenduma, seluruh penduduknya mengungsi ke Wamena.
"Kalau TNI dan OPM masih terus perang, mereka bisa jadi korban. Dua pihak itu kan pegang senjata. Jadi dikatakan 'kami bisa terjebak menjadi korban'," ujar Theo Hasegem kepada BBC News Indonesia.
"Kalau mereka sudah mundur, tidak perang, kami baru akan masuk (pulang ke kampung). Selagi masih ada TNI, kami tidak akan."
Kata Theo, masyarakat terpaksa mengungsi karena khawatir jadi korban salah tembak sebab aparat sulit membedakan anggota TPNPB dengan warga setempat.
"Susahnya masyarakat di sana itu, TNI tidak bisa bedakan siapa itu TPNPB, masyarakat sama semua. Ini bisa memakan korban."
(Salman Mardira)