"Pertama, kita sebut saja ideologi politik reformasi. Paham ini dibawa oleh Presiden Habibie ketika menjabat sebagai presiden pertama era reformasi," terangnya.
"Lalu dilanjutkan Gus Dur, Megawati, SBY dan sekarang Jokowi. Ini ideologi mainstrem, PDIP ada di sini juga Golkar, juga kaum minoritas. Dalam pilpres 2019 tempo hari mayoritas pendukung ideologi ini ada di kubu Jokowi," tambah Denny.
Lebih lanjut, Denny menilai kalau ideologi politik reformasi ini mendapatkan tantangan dari tiga ideologi lainnya. Tantangan terbesar berasal dari ideologi Islam politik yang terdapat di dalam di kubu Prabowo-Sandi.
"Ideologi Islam politik paham ini menginginkan syariat Islam lebih berperan di ruang publik, bentuknya bisa macam- macam bisa negara Islam, bisa sistem khilafah, bisa juga dengan nama NKRI bersyariah," jelasnya.
Sedangkan untuk ideologi kembali ke UUD 45, ia mengatakan kalau tak menyetujui sistem politik ekonomi yang berlaku sekarang, mereka menganggap secara politik terlalu liberal dan secara ekonomi terlalu memberikan ruang pada perusahaan asing.
"Pelopor paham ini awalnya adalah Persatuan Purnawirawan Angkaran Darat di tahun 2009, tokohnya adalah Letnan Jenderal Suryadi. Mantan panglima TNI Djoko Santoso yang merupakan pendukung Prabowo juga ada di barisan ini," papar Denny.