SEMARANG – Kerukunan bangsa acapkali terkoyak ketika diserang isu-isu SARA. Namun, gesekan-gesekan itu tak terjadi di sebuah kampung yang terdapat di Kota Semarang Jawa Tengah. Kampung itu bernama Panggung Lor.
Panggung Lor dikenal dengan daerah yang dihuni warga multienis. Beragam suku dan agama menjadi ciri khas kelurahan yang terdapat di Kecamatan Semarang Utara ini. Setidaknya itu terlihat saat ribuan warga bersatu untuk merayakan HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Warga mengenakan pakaian serbamerah yang menyimbolkan semangat menjaga persatuan bangsa. Mereka berjalan keliling kampung dengan diiringi pertunjukan seni barongsai. Kesenian khas Tionghoa yang kini juga banyak dimainkan oleh warga beragam etnis.
Tak hanya meriah, jalan sehat itu juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi antarwarga. Meluangkan satu hari, terlepas dari rutinitas pekerjaan. Merayakan hari kemerdekaan sekaligus menunjukkan kuatnya persatuan warga.
Baca Juga: Tokoh Adat dan Ribuan Mahasiswa Serukan Perdamaian untuk Tanah Papua
Kegembiaraan warga bertambah ketika mereka disambut dengan aneka jajanan pasar tradisional dan makanan khas soto Semarang serta nasi tumpeng. Bahkan, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi juga turut hadir dan ikut dalam barisan jalan sehat.
“Alhamdulillah hari ini kompak warga berseragam (merah) untuk memeringati HUT Kemerdekaan ke-74 RI,” kata pria yang akrab disapa Hendi itu.
“Maka harapan saya, wilayah-wilayah seperti Panggung Lor ini bisa menjadi role model, ditiru daerah lain yang masih mempersoalkan tentang etnis, suku, agama, ras, dan antargolongan. Saya rasa Indonesia sudah bersepakat 714 suku bergabung menjadi satu itulah kekuatan kita,” tegasnya.
Dia pun menyampaikan, warga terus menjaga persatuan dan kesatuan. Selain itu diminta tak mudah terpengaruh dengan pihak-pihak yang gemar merusak kerukunan bangsa. Terlebih, bila ada kalangan yang hendak mengganti ideologi Pancasila.
“Kalau dia enggak suka sama Indonesia, carilah tempat lain jangan malah merongsorong NKRI yang sudah diisi terus pengambangunan, masyarakat semakin sejahtera,” terangnya.
“Jadi hal seperti ini harus dikelola dengan baik. Kalau kita tinggal di sebuah wilayah, kita harus jaga wilayah itu kita hargai adat istiadat, kita hargai budaya dan kita majukan wilayah tersebut,” tandas dia.
Ketua Panitia Haryanto Haryawan, menambahkan, pesta rakyat itu diikuti sekira 2.000 warga. Mereka saling bahu-membahu sejak masa persiapan hingga terselenggaranya acara.
“Warga guyub, rukun, bergotong-royong. Pada dasarnya ini satu hal yang luar biasa, bahwa kerukunan di Panggung Lor adalah contoh Kebhinekaan yang luar biasa. Warga bisa guyup, meski agama berbeda tapi rukun bersama,” lugasnya.
(Edi Hidayat)