Sementara Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menduga peristiwa kecelakaan di Tol Cipularang terjadi karena aspek geometrik jalan, yakni menyangkut ukuran dan bentuk jalan di tol tersebut.
"Saya minta untuk kerja samanya dengan ITB, bisa jadi ini berkaitan dengan alignment (geometrik) dari pada jalan," kata Budi di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Budi mengatakan, butuh satu minggu untuk menganalisis penyebab kecelakaan yang terjadi di sana. Dia mengaku, sudah menugaskan Ditjen Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengevaluasi kecelakaan maut Tol Cipularang.
"Oleh karenanya saya tugaskan kemarin, mungkin kita butuhkan kalau berkaitan dengan teknis struktural, kita butuhkan paling tidak satu minggu untuk menganalisis apa yang terjadi. Karena yang sering terjadi kan di KM 90 ini. Makanya kita harus lakukan analisis," urai Budi.
Selain itu, Budi juga mengatakan, penyebab kecelakaan beruntun di Tol Cipularang KM 91 diduga disebabkan dua persoalan. Pertama ialah kecepatan kendaraan yang terlalu tinggi dan kedua adalah overloading.
"Jadi gini, memang sebenarnya ada dua masalah di sini. Satu masalah disiplin kecepatan yang lebih, tentunya kita akan mengatur dengan cara-cara yang lebih pasti, apakah dengan teknik kamera atau apa dengan satu punishment sangat signifikan sehingga sopir-sopir itu juga taat," ucap Budi.
"Yang kedua ini overloading, ini juga masalah karena berkaitan dengan kestabilan. Namun, overloading ini berkaitan dengan ekspor ya. Oleh karenanya, walaupun menetapkan bulan Mei ini mestinya overloading ini sudah tidak ada, kita akan bicara lagi dengan para pelaku-pelaku (usaha)," sambung Menhub.