Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, sebanyak 74 dari 78 WNI pekerja di Kapal Pesiar Diamond Princess akan dijemput Pemerintah Indonesia terkait virus korona melalui dua opsi, yakni melalui laut dan udara.
Menurut keterangan dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan, sebanyak empat WNI dinyatakan positif nCov dan harus menjalani perawatan intensif hingga dinyatakan sembuh dan dapat dipulangkan.
Sebanyak 74 WNI tersebut saat ini masih menjalani proses observasi selama 14 hari sesuai prosedur dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) di dalam kapal pesiar. Setelah menjalani observasi dan mendapat surat keterangan kesehatan dari Jepang dan WHO, ke-74 WNI tersebut diperbolehkan pulang dan tidak perlu lagi menjalani observasi di Indonesia, seperti 238 WNI dari Wuhan sebelumnya di Natuna.
Kendati demikian, Pemerintah Indonesia tetap akan menyiagakan proses observasi lanjutan apabila diperlukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Sebagai informasi singkat, KRI DR.Soeharso merupakan “rumah sakit terapung” yang dioperasikan oleh TNI AL dengan spesifikasi berat kosong 11.394 ton dan mampu memuat beban hingga penuh mencapai 16.000 ton. Kapal ini memiliki panjang 122 meter, lebar 22 meter dan draft 4,9 meter dengan geladak yang panjang dan luas sehingga mampu mengoperasikan dua helikopter sekelas Super Puma.
KRI yang sebelumnya bernama Tanjung Dalpele (972) buatan Korea Selatan ini memiliki 75 Anak Buah Kapal (ABK), 65 staf medis dan mampu menampung 40 pasien rawat inap. Dalam keadaan darurat, KRI DR. Soeharso juga dapat menampung 400 pasukan dan 3.000 penumpang.
Dalam fungsinya sebagai armada angkut, kapal ini mampu membawa 14 truk/tank tempur dengan bobot satuan hingga 8 ton. Kapal ini juga mampu menampung 3 helikopter Super Puma, 2 Landing Craft Unit (LCU) tipe 23 M dan 1 hovercraft. Kemudian, untuk persenjataan, kapal ini dibekali dengan senjata 2 pucuk meriam Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20 mm.
(Arief Setyadi )