BOGOTA – Warga kelas pekerja di Ibu Kota Kolombia, Bogota mengantungkan kain berwarna merah, baik itu syal atau kaos, untuk menunjukkan bahwa mereka membutuhkan bantuan, di tengah penguncian (lockdown) pandemi virus corona (COVID-19) di negara itu.
Seperti di banyak negara lain di dunia, kebijakan lockdown yang diterapkan guna mencegah penyebaran virus yang menyebabkan penyakit gangguan pernafasan itu telah membuat banyak orang kehilangan sumber pendapatan, karena tidak dapat bekerja atau diberhentikan dari tempat kerja.
Pemerintah Kolombia mengatakan bahwa mulai 7 April dan seterusnya, pemerintah akan mulai memberikan subsidi 160.000 Peso (sekira Rp600 ribu) rata-rata per rumah tangga, untuk tiga juta keluarga yang berada dalam situasi "kemiskinan, kemiskinan ekstrim dan kerentanan". Namun, banyak dari mereka yang belum mendapatkan bantuan itu sampai saat ini.
Di tengah situasi seperti itulah, kain merah digantungkan di rumah-rumah di lingkungan miskin Bogota.
"Ini adalah SOS. Untuk menunjukkan tidak ada dukungan, bahwa orang tidak dalam keadaan yang baik," kata Jefferson Gonzales yang menggantungkan kaos merah di luar rumahnya di lingkungan Las Cruces, sebagaimana dilansir Al Jazeera. SOS adalah kode internasional yang digunakan untuk menunjukkan seseorang dalam kesulitan dan meminta bantuan.
Gonzalez, seorang montir berusia 32 tahun, yang tidak dapat bekerja dengan pergelangan tangan yang patah, belum menerima bantuan dari pemerintah. Beberapa tetangga terkadang membantunya dengan makanan, tetapi itu tidak cukup.
Fenomena kain merah dimulai beberapa pekan yang lalu, di daerah miskin Soacha, di pinggiran Bogota, di mana sebagian besar penduduk bekerja secara informal, tanpa kontrak atau keamanan pekerjaan, dan hidup sehari-hari dari pendapatan mereka .
Penguncian virus corona di Kolombia, yang dimulai pada 24 Maret, menghentikan pekerjaan mereka secara dramatis ketika pemerintah melarang orang-orang di jalanan untuk menghentikan penyebaran virus. Penguncian itu semula akan berakhir pada 27 April, tetapi Presiden Ivan Duque memperpanjangnya selama dua pekan lagi, menyebabkan kepanikan lebih lanjut di antara kelas pekerja.
Wali Kota Soacha, Jose Carlos Saldarriaga, datang dengan usulan inisiatif kain merah.
"Kain merah adalah untuk menunjukkan kepada tetangga bagaimana satu sama lain hidup, sesuatu yang biasanya tidak terjadi. Ini memungkinkan semacam solidaritas dan dukungan dari tetangga mereka saat menghadapi kelaparan yang mereka alami saat ini," kata Saldarriaga.
Setelah dia mem-posting ide itu di media sosial, mereka yang membutuhkan mulai menggantungkan kain merah di luar pintu depan mereka, dan fenomena itu menyebar ke bagian lain dari Bogota sebelum menarik perhatian secara nasional.
Saldarriaga mengatakan ada seluruh lingkungan di Soacha yang menggantunkan kain merah di depan rumah mereka.
Inisiatif itu kemudian berkembang, karena orang-orang tidak hanya membutuhkan makanan dan persediaan lain.
"Kain hitam berarti bahwa beberapa jenis kekerasan sedang diderita di rumah, biru adalah ketika bantuan medis diperlukan dan merah adalah ketika mereka membutuhkan makanan," kata John Orlando, Direktur Aksi Melawan Kelaparan Kolombia. "Kebutuhan akan terus berlanjut dan pasti meningkat dalam beberapa minggu dan bulan mendatang."
Meski banyak yang menggantungkan warna merah di luar jendela, beberapa mengatakan mereka masih belum menerima bantuan apa pun.
"Kami memasangnya 20 hari yang lalu, tetapi tidak ada hasilnya," kata Leidy Olaya, 35 tahun, yang tinggal bersama ibunya 57 tahun, Francy, di lingkungan miskin Giradot.
"Situasinya sudah sulit. Kita hidup sehari-hari," kata Francy Olaya, seorang koki, yang memamerkan bekas luka bakar di lengannya sebagai bukti profesinya.
"Sedikit tabungan yang kita miliki hilang. Kita tidak punya apa-apa dan pemerintah tidak mengerti."
(Rahman Asmardika)