Koordinasi ini untuk mempertimbangkan agar sementara tetap menutup dulu aktivitas di level krusial seperti bioskop, studio atau taman hiburan indoor dan melakukan monitor ketat. “Termasuk monitoring pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat di pasar di Surabaya Raya,” tandas Khofifah.
Di samping itu, pihaknya juga membuat zonasi tiap kecamatan berdasarkan 15 indikator epidemilogi dan tidak bisa asal membuka aktivitas. Untuk meluaskan sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat , Pemprov Jatim akan melibatkan ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, influencer, dan pelaku usaha dan elemen strategis lainnya.
Utamanya terkait pemakaian masker dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Sistem support dan insentif juga perlu disediakan untuk industri masker maupun media supaya masyarakat terbiasa menggunakan masker.
“Ini penting kita lakukan, karena riset membuktikan bahwa bila 60 persen populasi menggunakan masker kain maka Rate of Transmission (RT) bisa di bawah satu dan kurva bisa turun,” tandas mantan Menteri Sosial ini.
Khofifah juga menegaskan pentingnya rencana untuk membendung RS yang overload. Sebab, RS yang overload dapat berdampak pada menurunnya kualitas yang dapat menyebabkan meningkatnya kematian . Di samping itu juga rencana untuk memberikan relaksasi bagi tenaga kesehatan yang sudah mulai exhausted dalam promotif, preventif, kuratif dan tracing.
“Pada saat yang sama kami juga harus terus melakukan intervensi dampak sosial ekonomi akibat COVID-19. Karenanya, bantuan dan support dari pemerintah pusat masih sangat kami butuhkan,” pungkasnya.
Jatim hingga Sabtu (27/6/2020) menjadi salah satu daerah dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia, mencatat 11.178 pasien positif, 3.619 berhasil sembuh, dan 813 meninggal dunia.
(Rahman Asmardika)