Benteng Vredeburg, dari Upaya Melindungi Kraton Yogyakarta hingga Saksi Pelecehan Pangeran Diponegoro

Agregasi KR Jogja, Jurnalis
Minggu 14 Februari 2021 11:43 WIB
Benteng Vredeberg.(Foto:KR Yogkayarta)
Share :

Sementara itu, Sejarawan Peter Carey mengatakan ada dua peristiwa bersejarah dan mencekam di Benteng Vredeburg dari awal abad ke-19 yakni serangan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada 20 Juni 1812 dan penghinaan terhadap Pangeran Diponegoro di muka umum pada 21 Mei 1825.

“Teka-teki yang terjadi di dalam Vredeburg pada jaman Inggris dan menjelang perang Jawa. (Vredeburg) bukan cuma tempat militer tapi saksi bisu peristiwa politik menarik,” ujarnya.

Carey mengatakan pasukan Inggris di bawah komando Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles menyerbu Keraton Yogyakarta pada pagi buta dengan pasukan berjumlah 1.200 orang dan berkumpul di dalam Benteng sebelum hari penyerbuan. Pasukan berkumpul di Benteng secara bertahap agar tidak menimbulkan kecurigaan dari Sri Sultan HB II.

“Pada saat serangan Inggris ke Keraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg menjadi markas tentara dan tempat artileri dipakai untuk memborbadir Keraton,” ungkapnya.

Sementara itu, Benteng Vredeburg juga menjadi saksi atas penghinaan terhadap Pangeran Diponegoro oleh pejabat Belanda yang datang kembali ke Yogyakarta. Hal ini yang kemudian disebut sebagai salah satu pemicu awal mula pecahnya perang Jawa. Kejadian tersebut terjadi sekitar tanggal 21 Mei 1825.

Residen Anthonie Hendrik Smissaert yang menjabat sebagai residen sebelum perang Jawa itu bersekongkol dengan Patih Danurejo IV yang korup dan Komandan Pasukan Kraton yakni Mayor Wironegoro untuk meremehkan Pangeran Diponegoro. “Mereka meremehkan pribadi Diponegoro,” imbuhnya.

Carey menceritakan pejabat Belanda itu juga secara sengaja mencari jalan untuk bersikap kasar terhadap Pangeran Diponegoro dengan mencibir dan menyindir pangeran adalah seorang ‘edan’, seorang ‘imam’ dan ‘pria yang kasar’ saat seluruh pangeran diundang ke Vredeburg untuk menghadiri sebuah pesta.

Smissaert juga tidak menunjukkan sopan santun dengan tidak menyebut Pangeran dengan gelar kehormatannya ‘Kanjeng Gusti’ sebagaimana yang lazim dilakukan.

“Jadi benteng Vredeburg menjadi saksi bisu dan merosotnya hubungan Belanda dan Diponegoro menjelang pecahnya perang Jawa,” imbuhnya.

(Sazili Mustofa)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya