Kemungkinan, lanjut Frits, pasien tersebut merasa tertekan dan menganggap covid-19 sebagai 'kutukan'. Sehingga, membuat pria berusia 54 tahun itu berhalusinasi yang berbuntut tindakan negatif.
"Karena itu masyarakat harus diberikan penjelasan covid-19 bukan penyakit kutukan dan sebagainya. Itu yang buat mereka takut sehingga pada saat dirawat di ruang isolasi, itulah yang terbayang-bayang. Jadilah terjadi hal yang negatif seperti sekarang ini pengen lari, pengen loncat, mendapat pikiran-pikiran yang jelek. Kira-kira begitulah (penyebabnya)," bebernya.
Dengan adanya kasus ini, rumah sakit pun akan meperketat pengamanan terhadap pasien-pasiennya. Tak hanya itu, pihaknya juga berencana melalukan tes psikologi terhadap pasien yang kabur kemarin.
"Rencana baru kita mau lakukan, kita mau konsulkan ke psikologi, karena kami tidak punya psikiatri harusnya ke RS Marzoeki Mahdi. Pasti (pengamanan diperketat), memang dengan ada ini kita akhirnya akan lebih perketat. Kemudian memang SOP yang kita sudah buat bahwa kita betul-betul lebih melaksanakan lebih benar dan terawasi," tutup Frits.
(Awaludin)