WASHINGTON - Kapal perang Amerika Serikat (AS) gagal mencegat target uji rudal balistik jarak menengah. Hal ini diungkapkan Badan Pertahanan Rudal AS (MDA), yang tidak mengungkapkan lokasi pengujian senjata.
"Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendemonstrasikan kemampuan kapal Aegis yang dikonfigurasi untuk pertahanan rudal balistik untuk mendeteksi, melacak, melibatkan, dan mencegat target rudal balistik jarak menengah" dengan salvo dua Standard Missile-6 (SM-6) Rudal ganda II,” terang badan tersebut menjelaskan lebih lanjut dalam pernyataan pada Sabtu (29/5).
"Namun, intersepsi tidak tercapai," tambahnya seperti dikutip dalam laporan media lokal tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang keadaan dan aspek lain dari sistem pertahanan udara. Beberapa laporan mengidentifikasi lokasi umum pengujian yakni di Samudra Pasifik di dekat Hawaii.
Menurut laporan tersebut, pejabat program juga menegaskan mereka telah memulai penyelidikan atas penyebab masalah yang mungkin mencegah penyadapan yang berhasil dan akan menganalisis hasilnya.
MDA, badan yang beroperasi di bawah Departemen Pertahanan AS, secara rutin melakukan uji coba pertahanan rudal. Adpaun yang terbaru ini dilakukan bekerja sama dengan Angkatan Laut AS.
(Baca juga: Ngeri, 88 Politisi Tewas Ditembak di Masa Pemilihan)
Meskipun sebelumnya telah melakukan uji intersepsi yang berhasil menggunakan berbagai jenis rudal SM-6, kegagalan terbaru ini terjadi ketika sistem pertahanan rudal anti-udara AS terbukti sangat tidak efektif terhadap rudal, roket, dan drone yang digunakan terhadap fasilitas militer AS dan sekutu di Timur Tegah (Timteng), khususnya di Arab Saudi dan Irak.
Insiden ini terjadi hampir seminggu setelah Kepala Komando Pusat AS (CENTCOM) Jenderal Marinir Frank McKenzie mengemukakan kekhawatiran yang berkembang dari para penguasa Saudi yang lalim dalam menghadapi serangan udara pembalasan yang meningkat oleh pasukan Yaman di tengah kegagalan berulang dari sistem rudal anti-udara Patriot yang dipasok AS di kerajaan Teluk Persia.
"Saya pikir mereka ingin diyakinkan bahwa mereka akan dibantu jika mereka diserang oleh Iran, dan mereka menginginkan bantuan melawan serangan yang terus berlanjut," klaim jenderal tertinggi AS di Timteng itu.
Komandan selanjutnya menyarankan bahwa dukungan AS untuk monarki tidak hanya tentang peralatan militer AS seperti sistem rudal Patriot Amerika.
(Baca juga: Komunitas Yahudi Gotong Royong Bantu Pengusaha Muslim yang Bisnisnya Terancam Bangkrut)