SYDNEY – Para pakar mengatakan lockdown atau karantina wilayah akibat pandemi virus corona di manapun di dunia dapat memicu stres, kemarahan, ketakutan dan kelelahan. Selain itu, terputusnya hubungan dari keluarga besar dan pertemanan dapat menyebabkan kesepian. Ketidakpastian juga menjadi faktor lain yang memperburuk situasi.
Di Australia, badan-badan amal kesehatan mental memperkirakan sekitar sepertiga warga Melbourne menderita gangguan sejenis depresi selama menjalani karantina wilayah terlama dan terketat se-Australia tahun lalu.
Kehidupan di Australia sempat mulai kembali normal. Namun baru-baru ini, virus corona varian delta yang sangat menular terdeteksi di sejumlah negara bagian dan wilayah, mengancam kemajuan yang sudah dicapai. Karantina wilayah lantas diberlakukan di Sydney, Perth, Brisbane dan Darwin – mewajibkan jutaan warga Australia untuk tetap tinggal di rumah.
(Baca juga: Israel akan Putuskan UU Larang yang Reunifikasi Keluarga Palestina)
Profesor Susan Rossell adalah neuropsikolog kognitif di Pusat Kesehatan Mental Swinburne. Ia membandingkan konsekuensi kesehatan mental akibat krisis virus corona dengan yang diakibatkan konflik.
“Ada sangat sedikit pandemi yang bertahan selama ini. jadi, perbandingan terhadap perang, terutama perang yang berlangsung sangat lama, adalah perbandingan yang bagus. Selama masa konflik, atau dalam hal ini, selama masa pandemi, hal ini meningkatkan stres dan kecemasan, kesepian, kebingungan, kualitas hidup yang lebih buruk – semua yang kita lihat sedang terjadi saat ini,” ujarnya.
(Baca juga: Dilarikan ke Rumah Sakit karena Covid-19, PM Luksemburg dalam Kondisi Serius)