UNI EROPA - Para Menteri Pertahanan Uni Eropa (UE), pada Kamis (2/9) membahas beberapa proposal untuk pasukan penanggap cepat Eropa setelah blok negara itu ditinggalkan selama upaya evakuasi pimpinan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan.
Sejumlah seruan telah meningkat agar kelompok 27 negara itu mengembangkan kemampuan militer gabungannya sendiri untuk menanggapi secara cepat krisis menyusul skenario kekacauan di bandara Kabul setelah Taliban merebut kekuasaan.
Para menteri itu berencana mengkaji kembali sebuah proposal, pertama kali diumumkan pada Mei lalu untuk membentuk pasukan berkekuatan 5.000 anggota sebagai bagian dari strategi keseluruhan Uni Eropa yang diharapkan dapat diselesaikan tahun depan.
Namun, keraguan besar muncul apakah ada kemauan politik untuk pembentukan pasukan seperti itu. Blok itu, misalnya, tidak pernah menggunakan sebuah sistem yang dibentuknya pada 2007 dan disebut kelompok tempur.
(Baca juga: Bentrok, Taliban dan Pemberontak Afghanistan Klaim Saling Mengalahkan)
"Jelas kebutuhan bagi lebih banyak pertahanan Eropa nyata kini menyusul kejadian di Afghanistan," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada awal pertemuan.
"Kadang-kadang sesuatu terjadi yang mendorong sejarah, ini menciptakan sebuah terobosan dan saya pikir peristiwa di Afghanistan musim panas ini merupakan salah satu dari kasus seperti itu," lajutnya.
"Kita harus mengusahakan sesuatu yang lebih siap untuk diaktifkan, lebih operasional" dibandingkan kelompok tempur yang terabaikan,” terangnya saat ditanya tentang kemungkinan pembentukan pasukan baru.
(Baca juga: 5 Fakta Kabinet Baru Taliban yang Akan Diumumkan, Perempuan Jadi Menteri?)