KABUL - Wanita Afghanistan di seluruh dunia memprotes persyaratan jilbab baru Taliban di sekolah-sekolah dengan memposting foto diri mereka mengenakan pakaian tradisional berwarna-warni di media sosial (medsos).
Dalam beberapa hari terakhir, Taliban telah mengamanatkan pemisahan jenis kelamin di ruang kelas dan mengatakan mahasiswi, dosen dan karyawan perempuan harus mengenakan jilbab sesuai dengan interpretasi kelompok hukum Syariah.
Pada Sabtu (11/09), beredar foto-foto yang memperlihatkan sekelompok mahasiswi mengenakan jubah hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki, mengibarkan bendera Taliban sambil mendengarkan pembicara sebelum rapat umum pro-Taliban, di ruang kuliah Universitas Pendidikan Shaheed Rabbani, Kabul.
(Baca juga: Penjara Dibobol, 266 Narapidana Lepas)
Sedangkan wanita Afghanistan lainnya menanggapi foto tersebut dengan memposting foto diri mereka dalam pakaian tradisional Afghanistan yang cerah dan berwarna-warni – sangat kontras dengan mandat jilbab hitam yang diuraikan oleh Taliban.
Aksi ini dimulai oleh Bahar Jalali, mantan anggota fakultas American University of Afghanistan di LinkedIn-nya, berdasarkan informasi dari wanita lain yang ikut berbagi foto di Twitter-nya.
"Tidak ada wanita yang pernah berpakaian seperti ini dalam sejarah Afghanistan. Ini benar-benar asing bagi budaya Afghanistan. Saya memposting foto saya menggunakan pakaian tradisional Afghanistan untuk menginformasikan, mendidik, dan menghilangkan informasi salah yang telah disebarkan oleh Taliban,” terang Jalali mengutip tweet gambar seorang wanita dalam gaun hitam penuh dan kerudung.
Aksi yang dilakukan oleh Jalali ini segera diikuti oleh wanita Afghanistan lainnya di media sosial.
Waslat Hasrat-Nazimi, kepala dinas Afghanistan di DW News, mentweet foto dirinya dalam pakaian tradisional Afghanistan dan hiasan kepala.
"Ini adalah budaya Afghanistan dan ini adalah cara berpakaian wanita Afghanistan,” cuitnya.