FILIPINA - Wartawan Filipina, Maria Ressa, dan wartawan Rusia, Dmitry Muratov, meraih Nobel Perdamaian atas "perjuangan berani" mereka untuk membela kebebasan ekspresi di negara masing-masing.
Komite Nobel menyebut kedua insan itu adalah "perwakilan dari semua jurnalis yang membela idealisme ini".
Hadiah Nobel Perdamaian dimaksudkan untuk menghormati individu atau organisasi yang "melakukan upaya paling baik atau upaya paling bagus demi persahabatan antarbangsa".
"Jurnalisme yang bebas, independen, dan berdasarkan fakta bertugas menangkal penyalahgunaan kekuasaan, kebohongan, dan propaganda perang," papar Komite Nobel dalam pernyataan resmi.
(Baca juga: Dokter Pemenang Nobel: Kekerasan Seksual dalam Konflik Jadi "Pandemi")
"Tanpa kebebasan berekspresi dan kebebasan pers, akan sulit untuk mempromosikan persahabatan antarnegara secara sukses, perlucutan senjata, dan terciptanya tata dunia yang lebih baik pada masa sekarang," tambahnya.
Para peraih Nobel ini akan menerima hadiah 10 juta krona Swedia (atau sekitar Rp16,2 miliar), yang diumumkan di Institut Nobel Norwegia di Oslo pada Jumat (08/10).
(Baca juga: Menantu Donald Trump Dinominasikan untuk Terima Nobel Perdamaian)
Keduanya dipilih dari 329 kandidat. Maria Ressa, yang turut mendirikan situs Rappler di Filipina—dan juga sempat berdiri di Indonesia—dipuji karena dia menggunakan kebebasan berekspresi untuk "mengungkap penyalahgunaan kekuasaan, penggunaan kekerasan, dan berkembangnya otoriterianisme di negara asalnya, Filipina."
Dalam siaran langsung yang ditayangkan situs Rappler, Ressa mengaku dirinya "terkejut".
Menurutnya, kemenangannya menunjukkan "tiada yang mungkin tanpa fakta-fakta…sebuah dunia tanpa fakta-fakta berarti sebuah dunia tanpa kebenaran dan kejujuran".