Harga Opium Melonjak, Penjual: Ini Haram di Islam, Tapi Kami Tidak Punya Pilihan Lain

Susi Susanti, Jurnalis
Sabtu 09 Oktober 2021 11:25 WIB
Penjualan opium di Afghanistan (Foto: AFP)
Share :

  • 'Tidak ada solusi lain'

Kemudian, dengan peralihan Taliban dari penguasa Afghanistan ke pemberontakan melawan pasukan pimpinan AS, mereka mengandalkan produksi opium untuk membiayai pemberontakan mereka.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada 2016, setengah dari pendapatan mereka berasal dari perdagangan.

PBB menjelaskan produksi opium Afghanistan sejak itu tetap tinggi dari tahun ke tahun, menghasilkan sekitar 6.300 ton tahun lalu saja.

Petani di selatan mengatakan tidak mungkin untuk memberantas perdagangan, yang menurut perkiraan PBB bernilai USD2 miliar (Rp28.5 triliun) dalam pendapatan tahunan di Afghanistan.

"Kami tahu itu tidak baik tetapi kami tidak memiliki cukup air (atau) benih," terang Masoom.

"Kami tidak dapat menumbuhkan apa pun saat ini," lanjutnya. Dia menambahkan bahwa perdagangan lain akan jauh lebih tidak menguntungkan.

Zekria, satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga yang terdiri dari 25 orang menyetujui hal itu.

"Tanpa opium, saya bahkan tidak bisa menutupi pengeluaran saya," katanya.

Dia mengatakan tidak ada solusi lain kecuali masyarakat internasional membantu kami.

Dengan peringatan PBB bahwa sepertiga dari penduduk negara itu menghadapi ancaman kelaparan, para Islamis terus berusaha mengatasi masalah pelarangan praktik yang menguntungkan itu.

Di kantornya di Kandahar, kepala departemen kebudayaan provinsi itu Maulvi Noor Mohammad Saeed mengatakan kepada AFP bahwa "produksi opium adalah haram dan buruk bagi manusia".

Tetapi mengatakan produksi yang dilarang akan tergantung pada bantuan yang diterima.

"Jika masyarakat internasional siap membantu para petani untuk tidak menanam opium, maka kami akan melarang opium,” ujarnya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya