JAKARTA - Setiap manusia pasti memiliki kecintaannya sendiri pada suku bangsa, bahasa, atau ras yang dianutnya. Akan tetapi, jika sikap cinta Tanah Air ini sudah terlalu berlebihan, maka yang terjadi adalah timbulnya sikap arogan dan memandang rendah mereka yang berbeda.
Sikap ini disebut sebagai chauvinisme. KBBI mengartikan chauvinisme sebagai cinta tanah air secara sangat berlebihan. Sementara secara arti luas, chauvinisme merujuk pada fanatisme pada suatu keyakinan atau negara tanpa memedulikan pandangan dari orang lain. Meskipun rasa cinta Tanah Air ini terbilang positif, namun jika sudah berlebihan, kelompok tersebut akan menjadi sombong dan diskriminatif pada kelompok di luar mereka karena menganggap diri mereka superior. Berikut ini adalah beberapa ras/suku yang menganggap dirinya lebih baik.
Baca juga: Ketika Nazi Mencoba Melacak Mitos Ras Arya di Tibet
1. Ras “Arya”
Pada masa pendudukan Nazi, Hitler memiliki keyakinan kuat bahwa Jerman adalah bagian dari ras unggulan yang disebutnya sebagai ras “Arya”. Ahli bahasa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19 menemukan bahwa bangsa-bangsa Eropa masih memiliki keterikatan dengan bangsa India dan Iran dalam segi bahasa, sehingga tercipta bahasa Proto Indo-Iran. Dalam bahasa Indo-Iran ini, terdapat kata "arya", yang kemudian diartikan oleh ahli bahasa Indo-German atau Indo-Eropa memiliki hubungan dengan kata "ehre" dalam bahasa Jerman atau "herr" yang artinya “hormat” atau “tuan”. Inilah yang kemudian menimbulkan ideologi nasional-sosialisme yang dianut Hitler. Bangsa “Arya” dianggap sebagai bangsa tuan di tanah Eropa yang telah didaulat menjadi Übermensch atau manusia super. Bangsa Arya memandang rendah kaum Yahudi, Roma, Afrika, dan Slavia, serta beranggapan bahwa menikah dengan ras rendahan bisa melemahkan mereka. Bahkan ambisi dan dominasinya mendorong bangsa “Arya" untuk melakukan pemusnahan seluruh ancaman yang bisa memunahkan mereka, terutama kaum Yahudi.
Baca juga: Biden Tandatangani Keppres Kesetaraan Ras