INDIA – Insiden penghinaan Nabi Muhammad SAW yang terjadi di India masih terus memanas. India seolah sedang mengalami mimpi buruk dalam bidang diplomatik terkait pernyataan kontroversial tentang Nabi Muhammad yang dilontarkan juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP).
Seperti diketahui juru bicara BJP, Nupur Sharma, menyampaikan pernyataan yang dinilai menghina Nabi Muhammad SAW dalam debat di televisi. Pernyataan Sharma yang dikeluarkan dalam debat televisi kurang dari dua pekan lalu, membuat marah warga Muslim di India dan juga belasan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Dikutip BBC, beberapa negara Arab pun langsung bereaksi dan menuduh pernyataan itu sebagai penistaan agama. Di Indonesia, Kementerian Luar Negeri telah memanggil Duta Besar India di Jakarta, Manoj Kumar Bharti.
Baca juga: Warga Muslim Pakistan dan India Protes Pernyataan yang Menghina Nabi Muhammad
"Indonesia mengutuk keras pernyataan yang merendahkan Nabi Muhammad SAW oleh dua orang politisi India. Pesan ini telah disampaikan kepada Duta Besar India di Jakarta," tulis akun Twitter resmi @Kemlu_RI.
Baca juga: Ketika Kasus Penghinaan Nabi Muhammad SAW di India Memperkeruh Hubungan dengan Negara-Negara Islam
Sebagai buntut dari kejadian tersebut, BJP mengeluarkan Sharma dari keanggotaan partai. Demikian juga kepala bagian media BJP di Delhi, Naveen Kumar Jindal, lantaran membagikan tangkapan layar pernyataan Sharma.
BJP menyatakan "menentang ideologi yang menghina atau merendahkan sekte atau agama " dan menambahkan bahwa partai itu tidak "mempromosikan orang-orang atau filosofi seperti itu".
Di samping itu, dalam upaya menenangkan negara-negara Islam dan berpenduduk mayoritas Muslim, para diplomat India mengatakan pernyataan tersebut tidak mencerminkan sikap pemerintah dan hanyalah "pandangan dari unsur pinggiran".
Pemerintah India pun berjuang mengatasi dampak pernyataan itu. Lalu siapakah sosok di balik insiden yang menggemparkan dunia internasional? Sharma bukanlah orang pinggiran.
Sebelum diberhentikan, pengacara berusia 37 tahun adalah sosok yang dicari-cari sebagai "juru bicara resmi BJP" yang tampil dalam debat televisi setiap malam untuk mewakili dan sekaligus membela pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi.
Mengambil jurusan hukum di Universitas Delhi, Sharma merintis karier politiknya pada 2008. Ketika itu dia dipilih sebagai ketua persatuan mahasiswa yang dicalonkan oleh Akhil Bharatiya Vidyarthi Parishad (ABVP), sayap mahasiswa dari gerakan nasionalis Hindu, Rashtriya Swayamsevak Sangh.
Karier politiknya menanjak pada 2011 ketika dia kembali ke India setelah meraih gelar strata dua di bidang hukum bisnis internasional di London School of Economics.
Karena berani dan blak-blakan dalam mengutarakan pandangan baik dalam bahasa Inggris maupun Hindi, Sharma mendapat posisi di dalam komite media BJP untuk pemilihan anggota parlemen Delhi pada 2013.
Selang dua tahun kemudian, ketika pemilu digelar, dia menjadi kandidat BJP untuk melawan Gubernur Delhi, Arvind Kejriwal.
Dia tidak dijagokan untuk menang, namun kampanyenya yang berapi-api membuat dia menjadi sorotan. BJP pun menunjuk Sharma sebagai juru bicara resmi partai di Delhi. Kemudian pada 2020, dia menjadi "juru bicara nasional" untuk BJP.
Dalam beberapa tahun terakhir, Sharma menjadi wajah yang familiar bagi penonton televisi di India. Kerap dia terdengar berteriak dan mengolok-olok lawan politiknya.
Pada potongan video yang beredar di Twitter baru-baru ini, Sharma menyebut seorang panelis "munafik dan pembohong" serta meminta agar dia "tutup mulut".
Ketika dia membagikan klip video itu kepada para pendukungnya melalui akun Twitter--Perdana Menteri Narendra Modi salah satu di antara setengah juta pengikutnya--penyokongnya memuji Sharma dengan sebutan "singa betina, pejuang tangguh dan tak kenal takut".
Namun, sikap Sharma sama sekali berbeda setelah didepak BJP. Sharma menulis bahwa dirinya menarik pernyataannya "tanpa syarat". Meski demikian, dia berdalih bahwa komentarnya dilontarkan sebagai respons atas "hinaan terus-menerus terhadap dewa umat Hindu, Shiva".
(Susi Susanti)