Sebuah studi besar yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences tahun lalu mengatakan mikroplastik berputar di seluruh dunia, sering diangkut oleh debu, angin, dan arus laut.
Pada 2020, para peneliti menemukan mikroplastik di dekat puncak Gunung Everest. Mikroplastik juga ditemukan di laut dalam.
Sementara itu, bentuk polusi ini dapat memiliki efek lokal dan lebih luas. "Mikroplastik dapat memiliki zat berbahaya yang menempel pada permukaannya seperti logam berat, ganggang," kata Laura Revell, profesor di Universitas Canterbury, yang juga terlibat dalam penelitian tersebut.
"Jadi mereka dapat menyediakan cara di mana spesies berbahaya dapat masuk ke beberapa daerah terpencil dan sensitif, yang jika tidak, tidak akan sampai di sana,” lanjutnya.
Para ahli juga mengatakan manusia menghirup dan menelan mikroplastik melalui udara, air, dan makanan.
Tidak banyak penelitian yang dilakukan mengenai dampaknya terhadap kesehatan manusia, tetapi satu studi oleh Hull York Medical School dan University of Hull tahun lalu menemukan bahwa tingkat tinggi mikroplastik yang tertelan dalam tubuh manusia berpotensi menyebabkan efek berbahaya, termasuk kematian sel dan reaksi alergi.
Mikroplastik juga dapat meningkatkan dampak pemanasan global. Ladang salju, lapisan es, dan gletser di seluruh dunia sudah mencair dengan cepat, dan para ilmuwan mengatakan mikroplastik berwarna gelap yang disimpan di lokasi ini dapat memperburuk keadaan dengan menyerap sinar matahari dan meningkatkan pemanasan lokal.