FINLANDIA – Nama Perdana Menteri (PM) Sanna Marin tiba-tiba menjadi viral usai video pesta liarnya bersama teman-temannya bocor ke publik. Beberapa pihak yang mengecamnya karena danggap tidak pantas dengan jabatanya. Namun banyak juga yang memberikan dukungan dengan alasan Marin memiliki hak bersenang-senang usai bekerja keras di pemerintahan.
Lalu, siapakah Marin? Seperti diketahui, pada usia 34 tahun, dia menjadi PM termuda di dunia, dan termuda di negaranya.
Dia memimpin koalisi kiri-tengah terobosan yang mencakup empat pemimpin partai perempuan lainnya, hanya satu di antaranya berusia di atas 35 tahun.
Marin berasal dari latar belakang sederhana. Orang tuanya berpisah ketika dia masih sangat muda, dan di tahun-tahun awalnya ibunya membesarkannya sendirian. Keluarganya pun sempat menghadapi masalah keuangan.
Baca juga: 5 Fakta PM Finlandia Minta Maaf, Banyak Tamu Telanjang Dada saat Pesta di Kediamannya
Dalam sebuah blog, Marin menjelaskan bagaimana dia mendapat pekerjaan di toko roti pada usia 15 tahun dan menjual majalah untuk uang saku selama sekolah menengah.
Baca juga: Dukung PM Finlandia Berjoget di Pesta, Wanita di Seluruh Dunia Posting Video Joget
Melalui wawancara untuk situs Menaiset (dalam bahasa Finlandia) pada 2015, dia berbicara tentang stigma yang dia temui ketika ibunya berada dalam hubungan sesama jenis. Dia mengatakan bahwa dia merasa "tidak terlihat" karena dia tidak dapat berbicara secara terbuka tentang keluarganya.
Tetapi ibunya selalu mendukung dan membuatnya percaya bahwa dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan.
Dikutip BBC, dia adalah orang pertama di keluarganya yang menyelesaikan sekolah menengah dan melanjutkan ke universitas.
Marin terjun ke dunia politik pada usia 20 tahun dan dua tahun kemudian sudah mencalonkan diri untuk kursi dewan di Tampere, sebuah kota di utara Helsinki.
Dia tidak terpilih, tetapi hanya dalam waktu lima tahun dia tidak hanya memenangkan kursi tetapi menjadi pemimpin dewan. Saat itu usianya baru 27 tahun.
Dia naik dengan cepat melalui jajaran Sosial Demokrat (SDP), partai kiri tengah utama Finlandia. Kemudian menjadi anggota parlemen pada tahun 2015.
Dia dipandang sebagai sayap kiri dalam partai, dan pendukung kuat negara kesejahteraan Finlandia.
Kristiina Tolkki, seorang jurnalis politik dari penyiar nasional Finlandia YLE, mengatakan bahwa kenaikannya ke puncak hampir tak terelakkan.
"Saya bertemu dengannya di malam sauna wanita beberapa tahun yang lalu dan bertanya apakah dia akan menjadi pemimpin," katanya.
"Dia hanya menatapku seolah-olah mengatakan - apakah kamu bahkan menanyakan ini padaku?,” lanjutnya.
Sebagai anggota parlemen, dia dengan cepat menarik perhatian pemimpin partai Antti Rinne dan menjadi wakilnya.
Pada musim dingin 2018-19, Rinne jatuh sakit radang paru-paru dan didiagnosis menderita trombosis koroner, yang berarti dia absen saat partainya bersiap untuk kampanye pemilihan.
Ini adalah kesempatan bagi Marin, yang saat itu masih menjadi anggota parlemen periode pertama, untuk bersinar di pucuk pimpinan. Namun tak berapa lama kemudian Rinne kembali dari cuti sakit untuk memimpin partainya menuju kemenangan.
Marin diangkat menjadi menteri transportasi dan komunikasi di pemerintahan baru. Jalur ke pucuk pimpinan pun semakin lancar ketika PM kala itu mengundurkan akibat perselisihan atas penanganan pemogokan dalam beberapa bulan setelah menjabat.
Marin yang menang tipis suara di partai berhasil menggantikannya. "Saya tidak pernah memikirkan usia atau jenis kelamin saya. Saya memikirkan alasan saya terjun ke politik dan hal-hal yang membuat kami mendapat kepercayaan dari para pemilih," katanya kepada wartawan setelah terpilih sebagai PM.
Dia seolah ingin menegaskan jika statusnya sebagai seorang istri dan ibu dari seorang balita tidak menjadi masalah untuk jabatannya.
Tak berapa lama setelah menjabat, Marin langsung dihadapkan dengan masalah Covid-19. Finlandia bernasib lebih baik daripada sebagian besar sekutu Eropanya, mencatat sekitar 196.000 kasus dan 1.384 kematian dalam 21 bulan pertama pandemi.
Tapi kisah sukses relatif ini bukan tanpa cela. Pada Desember 2021 dia dipaksa untuk meminta maaf karena pergi clubbing setelah kontak dekat dengan menteri luar negerinya, yang dinyatakan positif Covid.
Sejak itu, dia mendapat kecaman karena mengadakan pesta di kediaman resminya.
Marin selalu menyatakan bahwa penilaiannya tidak terganggu oleh perilakunya, dan para pendukungnya membela haknya untuk menikmati kehidupan sosial dengan teman-temannya.
Marin adalah PM wanita ketiga Finlandia. Yang pertama, Anneli Jaatteenmaki, berlangsung hampir dua bulan pada 2003 dan yang kedua, Mari Kiviniemi, hanya berkuasa selama satu tahun (2010-2011).
(Susi Susanti)