Perjuangkan Kemerdekaan, Ini Delegasi Indonesia dalam Sidang Dewan Keamanan PBB 1947

Tim Litbang MPI, Jurnalis
Jum'at 02 September 2022 16:18 WIB
Sutan Sjahrir termasuk salah satu anggota delegasi pada Sidang Dewan Keamanan PBB 1947. (Foto: istimewa)
Share :

Pasca kemerdekaan, Agus Salim menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia. Dia pun mengunjungi negara-negara Timur Tengah untuk mencari dukungan yang mengakui kemerdekaan Indonesia, salah satunya Mesir. Agus Salim berhasil mendapatkan pengakuan Mesir atas kemerdekaan Indonesia melalui perjanjian persahabatan yang ditandatangani Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim dengan Perdana Menteri Nokrashi Pasha.

Setelah melakukan diplomasi dengan negara-negara Arab, Agus Salim diutus dalam Sidang Dewan Keamanan PBB 1947 dan berhasil membentuk jejaring dukungan dari para peserta PBB.

3. Soedjatmoko


Cendekiawan Indonesia Soedjatmoko turut menjadi bagian dalam delegasi Indonesia pada Sidang Dewan Keamanan PBB 1947. Dia menjadi anggota delegasi Indonesia termuda dalam sidang tersebut. Meskipun tidak memiliki gelar akademik formal, pria kelahiran Sawahlunto, 10 Januari 1922 ini pernah menjadi Rektor Universitas PBB di Tokyo, Jepang, dari 1980 hingga 1987.

Bahkan, dia juga mendapatkan banyak gelar doktor dari berbagai universitas di dunia. Sebagai seorang pemikir, Soedjatmoko selalu memadukan banyak pengetahuan untuk kehidupan manusia. Melalui forum-forum di dalam dan luar negeri, Soedjatmoko mengeluarkan pemikiran-pemikirannya mengenai permaslahan ekonomi, politik, hingga kebudayaan.

4.Soemitro Djojohadikusumo


Soemitro Djojohadikusumo merupakan tokoh besar ekonomi Indonesia. Soemitro mengenyam pendidikannya di negeri Belanda. Sekembalinya ke Indonesia pada awal 1947, Soemitro diangkat menjadi staf Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Dalam Sidang Dewan Keamanan PBB 1947, Soemitro mengusulkan untuk membentuk komisi pengawas perdamaian antara Indonesia dan Belanda. Dia juga menuntut Dewan Keamanan PBB untuk menarik tentara Belanda dari Indonesia.

Selain upaya diplomasi, pria kelahiran 29 Mei 1917 ini meninggalkan banyak warisan berupa jejak pemikiran bagi bangsa Indonesia. Salah satu pemikirannya yang paling terkenal adalah Sistem Ekonomi Gerakan Benteng. Sistem ini membantu usaha-usaha kecil bermodal lemah dengan sistem kredit pinjaman modal. Tujuan dari sistem ini adalah untuk membangun pengusaha pribumi sehingga mereka dapat menjadi bagian dalam pengembangan ekonomi nasional.

LN Palar

Lambertus Nicodemus Palar atau yang biasa dikenal sebagai LN Palar merupakan seorang diplomat RI yang berusaha mendapatkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi. Tidak seperti tokoh-tokoh yang disebut sebelumnya, LN Palar merintis kariernya politiknya di luar negeri, tepatnya di negeri Belanda. Dia memilih kabur ke luar negeri karena haluan politik komunisnya yang tidak diterima Indonesia.

Di tahun 1930, LN Palar aktif sebagai anggota Social Democratische Arbeider Partij (SDAP). Melalui SDAP-lah Palar memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Palar secara aktif memperjuangkan kemerdekaan Indoensia dari luar. Usai berakhirnya Agresi Militer I, Palar kembali ke Tanah Air dan ditugaskan menjadi delegasi Indonesia dalam Sidang Dewan Keamanan PBB 1947. Setelah itu, palar kemudian menjadi wakil RI pertama di PBB meskipun Indonesia belum bergabung dalam organisasi tersebut.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya