Politikus Kamboja Ramalkan Kiamat Akan Datang, 20 Ribu Orang Ngungsi

Destriana Indria Pamungkas, Jurnalis
Selasa 06 September 2022 09:44 WIB
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA – Seorang politikus Kamboja meramalkan akan datangnya kiamat, menyebabkan 20 ribu orang mengungsi dan memunculkan kepanikan.

Kiamat, dalam beberapa ajaran agama adalah sebuah keniscayaan, sesuatu yang pasti akan datang cepat atau lambat. Bahkan, para ilmuwan, para pendukung teori ilmiah pun banyak yang tentang datangnya kiamat.

Meski demikian, kiamat yang akan datang tidak bisa diprediksi atau diramalkan. Banyak kasus prediksi atau ramalan akan datangnya kiamat dalam waktu dekat yang justru membuat kekacauan.

Khem Veasna, seorang politisi Kamboja yang menyebut dirinya sebagai Brahma, gelar agama yang berarti raja surgawi, pekan lalu menyerukan pekerja migran Kamboja di Korea Selatan untuk meninggalkan pekerjaan mereka dan kembali ke rumah.

Politikus itu juga mem-posting sejumlah gambar penampakan di langit, yang diklaim sebagai pertanda kiamat di laman Facebooknya, yang memiliki lebih dari 370.000 pengikut. Menurutnya, tanda itu mengiriminya pesan tentang banjir yang akan datang, yang akan menghancurkan segalanya selain lahan pertaniannya di Siem Reap.

Seruan kepada 30.000 ekspatriat di Korea Selatan memicu peringatan oleh Kedutaan Kamboja di Seoul agar warga tidak bepergian pulang. Kedutaan memperingatkan bahwa jika para pekerja pergi tanpa memberi tahu perusahaan mereka, mereka tidak akan mendapatkan pekerjaan mereka kembali.

Seorang juru bicara Kementerian Tenaga Kerja juga mendesak orang-orang untuk tidak berhenti dari pekerjaan mereka hanya karena "takhayul satu individu".

Namun, menurut pihak berwenang, sekira 20.000 orang termasuk anak-anak dan orang tua telah pindah ke rumah pertanian Veasne.

Politikus itu menghibur mereka dengan ceramah harian dari pukul 13.00 siang sampai pukul 19.00 malam, yang disuarakan dengan pengeras suara. Namun, penduduk setempat yang bingung mengeluhkan kekacauan yang dibuat para pengikutnya, termasuk buang air besar di tempat umum

Vaesna telah lama menjadi kritikus dan oposisi terhadap pemerintah Kamboja. Partainya memperoleh 310.000 suara dalam pemilu 2018, pemilu yang dianggap dicurangi untuk mendukung Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa.

"Meskipun oposisi telah diizinkan untuk bangkit sampai batas tertentu, Kamboja masih sangat ditandai oleh bagaimana ini adalah periode mandat satu partai,” kata Astrid Norén-Nilsson, dosen senior di Pusat Studi Asia Timur dan Tenggara Universitas Lund, kepada Vice World News. 

Khem Veasna mencela politik dan membawa pengikutnya bersamanya dalam perjalanan untuk menjadi semacam gerakan sosial milenarian," ujarnya.

"Ini jelas berbicara kepada orang-orang di masa-masa yang tidak pasti dan agak gelap secara global ini," paparnya.

Para pengikut Veasna telah mengabaikan seruan dari otoritas lokal untuk membubarkan diri dan tetap berada di rumah pengungsian tersebut. Sebuah utimatum dikeluarkan bagi para pendukung untuk pergi hari ini atau menghadapi tindakan hukum yang sesuai, meskipun tidak jelas tindakan apa yang dimaksud.

Alih-alih membubarkan diri, mereka sekarang mendirikan tenda di dekat rumah tersebut atau memesan kamar hotel, berharap ketika banjir datang mereka masih bisa melarikan diri dari naiknya air di tempat yang aman.

(RIN)

(Rani Hardjanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya