JAKARTA - Terlepas dari pandemi yang secara radikal mengubah kehidupan miliaran orang, "Laporan Kebahagiaan Dunia" menunjukkan bahwa tingkat kebahagiaan tetap stabil di dunia, sebuah bukti ketahanan umat manusia.
Sebagai seorang mahasiswa kajian dunia kajian dunia klasik, diskusi tentang kebahagiaan yang biasa terjadi di tengah krisis pribadi atau sosial, seperti yang kita alami, bukanlah hal baru bagi saya.
BACA JUGA:PVBMG: Erupsi Gunung Semeru Tidak Picu Tsunami, Masih Berstatus Awas Hingga Siang ini
Habitat felicitas atau "Kebahagiaan berdiam di sini" tertera dalam sebuah plakat yang ditemukan di toko roti Pompeii, sekitar 2.000 tahun silam, setelah pemiliknya hidup dan barangkali meninggal dalam letusan Vesuvius yang menghancurkan kota itu pada tahun 79 M.
Apa arti kebahagiaan bagi pembuat roti Pompeii ini? Dan bagaimana mempertimbangkan pandangan bangsa Romawi tentang felicitas membantu pencarian kebahagiaan kita dewasa ini?
BACA JUGA:Bangunan Strategis hingga Sekolah Jadi Kantong Parkir untuk Tamu Pernikahan Kaesang-Erina
Kebahagiaan bagiku, tapi tidak untukmu
Dilansir dari BBC, Senin (5/12/2022), Bangsa Romawi menganggap Felicitas dan Fortuna, sebuah kata saling terkait yang berarti "keberuntungan", sebagai dewa-dewi.
Masing-masing memiliki kuil di Roma, di mana mereka yang mencari bantuannya dapat memberikan semacam sesaji dan doa-doa.
Felicitas juga digambarkan pada koin Romawi dari abad pertama SM hingga abad keempat, menunjukkan hubungannya dengan kemakmuran keuangan sebuah negara.
Koin yang dicetak oleh para kaisar, selanjutnya, menghubungkannya dengan diri mereka sendiri.
"Felicitas Augusti," misalnya, terlihat pada koin emas kaisar Valerian, ikonografi yang menunjukkan bahwa dia adalah orang paling bahagia pada kekaisaran itu, dan disukai oleh para dewa.
Dengan mengeklaim felicitas untuk tempat tinggal dan bisnisnya sendiri, para pembuat roti Pompeii bisa saja menjalankan filosofi nama tersebut berikut klaim-klaim di baliknya dan berharap berkah kebahagiaan seperti itu demi bisnis dan hidupnya.