“1 Maret ada banjir di Kota dan Kabupaten Serang itu ada 5 jiwa korban di kota Serang dan 1 di Kabupaten Serang, itu disampaikan merupakan banjir terburuk dalam 20 tahun terakhir di Serang. Kalau misalnya itu banjir terburuk dalam 20 tahun terakhir itu kita harus lihat kondisi lingkungannya seperti apa. Artinya kita harus perbaiki di sisi lingkungan,” ungkap Aam.
Selanjutnya pada 28 April ada tanah longsor, 21 Mei tanah longsor, 22 Juni tanah longsor, 15 Juli tanah longsor, 28 Juli banjir, 26 September tanah longsor, 1 Oktober gempa di Tapanuli dimana satu orang meninggal yang diakibatkan sesar darat, kemudian 12 Oktober tanah longsor, 14 Oktober tanah longsor, 21 November gempa bumi, dan 4 Desember itu awan panas guguran.
“Jadi kita bisa lihat sebenarnya dari rangkaian ini, tanah longsor ini paling signifikan dalam menimbulkan korban jiwa meskipun skalanya kecil tapi sering, ini yang kita sebut dengan high frekuensi but low impact, terjadinya sering tapi dampaknya rendah, meskipun ada korban meninggal tapi dibanding dengan gempa bumi atau letusan gunung api dengan low frekuensi but high impact, jarang terjadi tapi signifikan,” paparnya.
(Nanda Aria)