Ketika awal-awal bekerja di Taiwan, Tilah acapkali sedih karena jauh dari anak dan keluarga tetapi karena majikan dan keluarganya sangat baik dan toleran ditopang lagi dengan keramah-tamahan masyarakat Taiwan, maka dirinya kemudian bisa mengenal banyak orang, memahami budaya Taiwan dan menikmati pekerjaannya.
Pada momen tertentu seperti Tahun Baru Imlek, Tilah juga sering diajak wisata bersama ‘mas bos’ dan keluarga.
“Taiwan tempat wisata sangat nyaman, bagus-bagus, indah, tiket dan transportasi nya semuanya terjangkau. Untuk penginapan tinggal pilih sesuai dengan yang kita inginkan, Taiwan sangat aman dan bersih,” paparnya.
Kalau diminta milih tempat wisata di Taiwan mana yang paling bagus untuk dikunjungi, Tilah kebingungan karena semua tempat wisata di Taiwan menawan.
“Di Taiwan banyak tempat wisata yang sangat bagus jadi kalau di suruh memilih sangatlah bingung karena semuanya bagus dan indah, apa lagi pasar malam nya, banyak makanan yang enak-enak.” ujarnya gembira.
Tilah memang sangat menikmati pekerjaannya. Selain gajinya mencukupi untuk kehidupan keluarganya di Indonesia, hak-haknya sebagai pekerja migran terpenuhi, ia juga bisa memperkenalkan Indonesia kepada ‘mas bos’ dan keluarganya. Pada liburan tahun 2019, sebelum pandemi ‘mas bos’ beserta keluarga datang ke Indonesia berkunjung ke tanah Lot, Nusa Dua dan daerah lain di Bali.
Dengan kursi rodanya yang khusus itu, Tilah mengawal ‘mas bos’ di Indonesia tidak sendirian. Ayahanda ‘mas bos’ turut menjaganya sehingga liburan di Indonesia dapat dinikmati ‘mas bos’ sekeluarga.
“Saya mau ke Bali lagi,” ujar Luhsiang ketika ditanya kapan ke Indonesia lagi.
Bagi Titilah, kerja keras itu sangatlah penting. Kerja keras diiringi dengan berusaha dan berdoa. Kerja keras Titilah menjadi PMI membuahkan hasil. Impiannya untuk dapat menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi tercapai. Tahun kemarin, anak sulungnya, Dodik berhasil menjadi sarjana Ilmu Komputer dari Overseas Chinese University (OCU) di Taichung, Taiwan.
Perjalanan hidupnya inspiratif dan kegiatan sehari-hari pekerjaannya di Taiwan mampu dia tuangkan dalam daily vlog melalui YouTube berlabel Titilah Channel.
Sampai hari ini, Tilah tetap terus mengaktualisasi diri dengan membuat vlog kegiatannya sehari-hari yang rata-rata disukai lebih dari seribu like. Vlog pribadi itu dibuat atas kemauan Tilah untuk mengisi waktu-waktu luang.
“Itu keinginan saya sendiri dan tentunya dibantu sama bos saya.. isinya tentang keseharian dan kegiatan saya menjaga ‘mas bos’ saja. Untuk pengeditan saya cari waktu di sela-sela pekerjaan saya dan waktu di malam hari setelah pekerjaan selesai.” papar Tilah.
Untuk kegiatan membuat vlog di YouTube itu, ia berhasil memperoleh Silver Play Button dari Youtube. Tilah berharap dengan cerita keseharian yang dia tuangkan dalam vlog YouTube nya dapat memberi gambaran bahwa apapun pekerjaan seseorang kalau dilakukan dengan ikhlas dan tulus tentu akan memberi keberkahan.
Tilah merasa bahagia dan bersyukur bisa mewujudkan impiannya satu per satu untuk membahagiakan keluarga.”Yang penting kerja keras, berusaha dan berdoa.” pesannya.
Titilah adalah potret wanita PMI yang gigih ditopang dengan lingkungan kerja, peraturan pekerja migran dan masyarakat Taiwan yang toleran dan bersahabat membuat pekerja seperti Tilah mampu berdaya mewujudkan impian sejahtera bagi kehidupannya. (fkh)
oleh Retno Intani ZA
Ketua Bidang Pendidikan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat.
(Khafid Mardiyansyah)