PHNOM PENH - Kamboja telah menguji setidaknya 12 orang untuk jenis flu burung H5N1, demikian kata kementerian kesehatan negara itu. Ini dilakukan setelah seorang gadis berusia 11 tahun meninggal pekan ini karena penularan pertama virus, yang biasa dikenal sebagai flu burung, ke manusia di Kamboja dalam hampir satu dekade.
BACA JUGA: 1 Anak di Kamboja Meninggal Dunia karena Flu Burung
Ayah korban, yang merupakan bagian dari kelompok yang berhubungan dengan gadis itu di sebuah provinsi di timur ibu kota Phnom Penh, dinyatakan positif terkena virus tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun, kata Menteri Kesehatan Mam Bunheng dalam sebuah pernyataan pada Jumat, (24/2/2023).
Pernyataan itu tidak mengungkapkan hasil tes orang lain dalam kelompok itu dan tidak merinci bagaimana ayah korban tertular virus flu burung itu.
Kasus gadis itu adalah infeksi manusia pertama yang diketahui dengan strain H5N1 di Kamboja sejak 2014, kata Bunheng, Kamis, (23/2/2023).
BACA JUGA: Kasus Flu Burung Capai Rekor Tertinggi di Jepang, Total 54 Kasus di 23 Prefektur
Gadis dari Provinsi Prey Veng itu didiagnosis menderita flu burung setelah jatuh sakit dengan demam tinggi dan batuk pada 16 Februari, kata pernyataan itu, sebagaimana dilansir Reuters.
Ketika kondisinya memburuk, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Anak Nasional di Phnom Penh tetapi meninggal pada Rabu, (22/2/2023) kata kementerian kesehatan.
Sejak awal tahun lalu, flu burung telah merusak peternakan di seluruh dunia, menyebabkan kematian lebih dari 200 juta unggas karena penyakit atau pemusnahan massal, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) baru-baru ini mengatakan kepada Reuters.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) awal bulan ini mencatat penyebaran influenza H5N1 ke mamalia, tetapi mengatakan risiko terhadap manusia tetap rendah.
H5N1 telah menyebar di antara unggas dan burung liar selama 25 tahun, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam pengarahan, tetapi laporan baru-baru ini tentang infeksi pada cerpelai, berang-berang dan anjing laut "perlu dipantau secara ketat".
Otoritas kesehatan Kamboja mendesak masyarakat untuk tidak menangani hewan dan burung yang mati atau sakit, dan untuk menghubungi hotline jika ada yang mencurigai mereka telah terinfeksi oleh penyakit tersebut.
(Rahman Asmardika)