Kisah Jenderal Sutiyoso Dikepung 120 Kombatan GAM, Selamat Berkat Kata-Kata Ini

Tim Okezone, Jurnalis
Rabu 12 April 2023 03:08 WIB
Sutiyoso dan Refly Harun. (Foto: Youtube Refly Harun)
Share :

JAKARTA - Letjen TNI (Purn) Sutiyoso kenyang pengalaman operasi saat bertugas di Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Bahkan, jiwa lapangannya tak luntur saat dia menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).

Saat itu sedang terjadi pergerakan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Nurdin Ismail alias Din Minimi di Aceh. Sutiyoso pun tergerak untuk turun langsung menemui kombatan tersebut.

Di usia yang tak lagi muda, Sutiyoso harus bertaruh nyawa di hutan belantara di pedalaman Aceh demi terciptanya situasi damai dan kondusif.

Berbicara dalam kanal YouTube Refly Harun, Sutiyoso mengatakan situasi yang belum aman di Aceh dan Papua. Untuk itu, dia berinisiatif menyelesaikan masalah di Aceh terlebih dahulu karena hanya menyisakan satu kelompok.

”Din Minimi, kelompok GAM yang masih ada jumlahnya 120 orang. Nama aslinya Nurdin, sedangkan Minimi itu sebutan senjata tangguh. Sudah empat tahun lebih dia diburu aparat,” ucap Sutiyoso.

Pascapenandatanganan kesepakatan Helsinki di Finlandia pada 15 Agustus 2005, Din Minimi jadi pimpinan kelompok bersenjata mantan anggota GAM yang paling dicari. Din beraksi meresahkan masyarakat dan aparat. Tidak sedikit masyarakat maupun aparat keamanan yang menjadi korban keganasan kelompok ini.

Kala itu, Sutiyoso ditemani dua anak buahnya yakni Kapten Desna dan Sersan Wayan. Pria kelahiran Semarang itu lantas masuk ke hutan untuk mencari tempat persembunyian Din Minimi.

BACA JUGA:

Kisah Legendaris Letjen Sutiyoso Redam Kepungan GAM Tanpa Satupun Peluru yang Meletus 

Stelah perjalanan panjang dengan medan yang berat, akhirnya markas Din Minimi ditemukan di tengah hutan. Sutiyoso bercerita, dia tiba di gubuk Din pukul 6.30 petang dengan kondisi gelap gulita. Kedatangan Sutiyoso disambut Din dengan senjata yang siap diletuskan.

“Dia di atas pakai kaos loreng, celana loreng, dan senjata sudah ditrigger senjatanya,” ucapnya.

Din tak sendiri, dia ditemani ratusan pengikutnya dengan bersenjata lengkap. Mereka langsung mengepung Bang Yos bersama dua anak buahnya.

“Akhirnya saya bertiga aja. Kita ke tempat dia. Dikepung 120 orang di tempat Din Minimi. Kalau mau populer bantai saja atau saya disandera tetapi kan saya bukan bonek (bondo nekat). Saya ada latar belakang, ada keyakinan gitu,” ucap dia.

Saat situasi terdesak itulah kemampuan lapangan Sutiyoso berpengaruh besar membalikkan situasi. Dengan senjata yang sudah dikokang dan siap diletuskan tersebut, Sutiyoso kemudian mengajak kelompok tersebut untuk berdialog.

“Saat itu saya bawa pistol, anak buah saya bawa AK. Saya juga bawa cadangan magazine penuh, sudah saya kokang saya kunci. Untuk jaga-jaga,” ucapnya.

Pria yang akrab disapa Bang Yos itu dengan tenang dan penuh kewaspadaan tinggi melakukan strategi soft approach atau persuasif dan mengajak Din Minimi serta pengikutnya berdialog.

”Sempat saya ngomong, Din, aku ini hanya 3 orang mana menang lawan 120 orang. Kenapa saya berani, karena saya percaya kamu, maka saya minta kamu percaya juga,” ucap dia.

”Tapi aku juga ngomong, Din, aku bertiga bawa senjata enggak apa-apakan? Itu semuanya saya declare aja, supaya dia paham macam-macam, kamu mati juga, kira-kira begitu. Saya bilang sama mereka jangan konyol,” kata Bang Yos.

Upaya Sutiyoso menaklukkan Din Minimi dan pengikutnya akhirnya berhasil tanpa letusan peluru dan satupun korban jiwa setelah berdialog cukup panjang dan alot. Din Minimi akhirnya menyerah dan mau kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

“Jam 5 pagi dia baru final menyerah. Walaupun dia kaku tapi sempat bilang kepada anak buahnya untuk menyerah. Kemudian 10 orang membawa senjata 60 senjata, diserahkan langsung ke Jakarta diantar bupatinya,”kata Sutiyoso.

(Qur'anul Hidayat)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya