KHARTOUM - Persatuan dokter Sudan mengatakan bahwa jumlah korban sipil akibat pertempuran yang sedang berlangsung antara tentara dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter telah meningkat menjadi 822, dengan 3.215 lainnya terluka.
Konfrontasi yang pecah pada 15 April telah memburuk meskipun ada pembicaraan gencatan senjata di Jeddah, Arab Saudi dan penandatanganan "deklarasi prinsip" pada 11 Mei untuk melindungi warga sipil dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan.
"Kota El-Geneina di negara bagian Darfur Barat mengalami kekerasan terburuk sejak awal konflik...(dengan) 280 kematian, dan lebih dari 160 luka-luka dalam dua hari terakhir saja," kata Sindikat Dokter Sudan di posting Facebook pada Selasa, (16/5/2023).
Menurut para dokter, kota-kota lain di mana warga sipil tewas dalam bentrokan itu termasuk ibu kota Khartoum dan kota-kota yang berdekatan Bahri dan Omdurman, serta El Obeid (juga Al-Obeid), ibu kota Negara Bagian Kordofan Utara.
Pada Senin, (15/5/2023) tentara Sudan melancarkan serangan udara di utara ibu kota Khartoum, menyerang paramiliter RSF di sekitar rumah sakit yang menurut saksi mata rusak akibat pengeboman.
Pertempuran sengit di Khartoum dan kota kembarnya Bahri dan Omdurman telah berkecamuk meskipun pembicaraan yang ditengahi oleh Saudi dan Amerika Serikat (AS) bertujuan untuk mengamankan akses kemanusiaan dan gencatan senjata.
Pertempuran telah menyebar ke wilayah barat Darfur, tetapi terkonsentrasi di ibu kota, di mana para pejuang RSF telah mengambil posisi di berbagai lingkungan dan tentara telah menggunakan serangan udara dan tembakan artileri berat untuk menargetkan pasukan paramiliter tersebut.
Konflik di Sudan, yang sekarang memasuki bulan kedua, juga telah membuat hampir satu juta orang mengungsi dari rumah mereka, menurut PBB.
(Rahman Asmardika)