SUDAN - Angkatan bersenjata Sudan dan milisi Pasukan Pendukung Cepat (RSF) sepakat gencatan senjata. Penandatanganan gencatan senjata dilakukan Sabtu (20/5/2023) malam waktu setempat.
Kedua belah pihak sepakat melakukan gencatan senjata selama tujuh hari saat pertempuran antara keduanya memasuki pekan keenam. Dikutip dari Reuters, Amerika Serikat dan Arab Saudi berada di balik kesepakatan gencatan senjata.
Berbagai perjanjian gencatan senjata sebelumnya tak efektif karena dilanggar kedua belah pihak. Namun, perjanjian kali ini mensyaratkan adanya mekanisme pemantauan AS-Arab Saudi dan dunia internasional.
BACA JUGA:
Perjanjian itu juga mendorong distribusi bantuan kemanusiaan, pemulihan layanan penting, dan penarikan pasukan dari rumah sakit serta fasilitas publik penting.
"Sudah lewat waktu untuk meletakkan senjata guna membolehkan akses kemanusiaan tanpa hambatan. Saya mohon kepada kedua belah pihak agar menegakkan perjanjian ini. Dunia tengah memperhatikannya," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Sebelumnya, perang saudara Sudan menyebabkan kekacauan. Stok makanan, uang tunai dan barang-barang pokok menyusut dengan cepat.
Selain itu, penjarahan massal juga menimpa bank, kedutaan besar, gudang bantuan, dan bahkan gereja. Kelompok-kelompok bantuan mengaku tidak mampu menyalurkan bantuan karena tidak adanya jalur yang aman dan jaminan keamanan untuk staf.
Konflik yang pecah 15 April itu menyebabkan 1,1 juta orang mengungsi di dalam negeri dan ke negara-negara tetangga. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 705 orang tewas dan sedikitnya 5.287 orang terluka.
( Muhammad Fadli Rizal)