NUREMBERG - Seorang pendeta Jerman telah memicu reaksi keras dan kecaman karena menyampaikan khotbah yang penuh dengan slogan-slogan liberal, termasuk pernyataan bahwa tuhan umat Kristen itu "queer". Khotbah itu disampaikan Pendeta Quinton Caesar di saat semakin banyak orang Jerman meninggalkan agama mereka.
Berbicara kepada para peserta Kongres Gereja Injili di Nuremberg pada Minggu, (11/6/2023) Caesar menyatakan bahwa “sekarang adalah waktunya untuk mengatakan” bahwa “kehidupan orang kulit hitam selalu berarti,” bahwa “Tuhan itu queer,” dan para migran harus disambut di Eropa, di antara afirmasi liberal lainnya.
Queer adalah istilah yang digunakan kaum liberal untuk menunjukkan atau berhubungan dengan identitas seksual atau gender yang tidak sesuai dengan ide seksualitas dan gender yang sudah mapan, terutama norma heteroseksual.
Sementara khotbahnya disambut dengan tepuk tangan meriah dari para hadirin, banyak orang Kristen di daring marah dan bingung, demikian diwartakan RT.
Penulis konservatif Auron MacIntyre menuduh kaum progresif seperti Caesar "mengosongkan agama Anda dan memakai kulitnya seperti trofi", sementara komentator lain menggambarkan khotbah itu sebagai "menjijikkan", "sesat", dan "Setan".
Khotbah Caesar menutup kongres lima hari yang menyaksikan 100.000 orang Protestan turun ke Nuremberg untuk khotbah, debat, dan pertunjukan musik Kristen. Meskipun acara tersebut tidak diselenggarakan oleh Gereja Evangelikal di Jerman – sebuah organisasi payung yang diikuti oleh mayoritas Protestan Jerman – acara tersebut diadakan setiap tahun sejak 1949 dan merupakan agenda terkemuka dalam kalender keagamaan negara tersebut.
BACA JUGA: Rusia Sahkan UU Anti-LGBT, Kaum Queer Ramai-Ramai Kabur ke Luar Negeri dan 'Bawah Tanah'
Caesar, yang berasal dari Afrika Selatan, menggambarkan dirinya di media sosial sebagai “pendeta aktivis”.
Pandangan Casesar tidak unik di kalangan Protestan, dengan pidatonya datang seminggu setelah sebuah gereja Anglikan di London mengadakan pertunjukan drag queen untuk komunitas “LGBTQAI+” lokal dan orang serta kelompok terpinggirkan lainnya. Sebuah gereja Protestan di Swedia juga menuai kritik pedas pada 2019 karena mengganti altar yang menggambarkan Adam dan Hawa dengan yang menampilkan pasangan homoseksual dalam pose sugestif.
Gereja Injili di Jerman telah mengizinkan para pendetanya untuk meresmikan pernikahan gay sejak 2016, dan salah satu uskupnya menjadi berita utama pada 2021 karena secara terbuka meminta komunitas LGBTQ untuk "memaafkan" selama parade 'Pride' di Berlin.
Meskipun menganut pandangan dunia liberal, gereja Jerman dengan cepat kehilangan anggota. Rekor 380.000 anggota mengundurkan diri pada 2022, naik dari rekor sebelumnya 340.000 pada 2021. Gereja Katolik tidak bernasib lebih baik, kehilangan 359.000 anggota pada 2021.
(Rahman Asmardika)