JAKARTA – Dipa Nusantara (DN) Aidit adalah Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (CC-PKI) yang dihukum mati di era Soeharto. DN Aidit adalah salah satu dalang dari tragedi pembantaian para jenderal 30 September 1965 (30SPKI).
DN Aidit sempat melarikan diri ke Yogyakarta setelah kudeta tersebut gagal. Namun dalam aksi kaburnya, Aidit ditangkap oleh pasukan Brigade Infantri IV Kostrad di kampung dekat Stasiun Solo Balapan.
Kabar yang beredar, tokoh PKI itu ditembak mati di dekat sumur tua menggunakan senjata AK-47 di tengah kebun pisang.
Saat hari penangkapannya itu, Aidit sempat menikmati kopi dan rokok. Bahkan, saat akan dibawa, Aidit sempat meminta membawa serta rokoknya.
"Boleh ya rokok ini saya bawa," kata Aidit. Lalu, seorang tentara yang menangkapnya menjawab.
"Bawa saja rokok itu. Nanti buat rokok-an bersama Gatot Subroto," katanya menyiratkan bahwa Aidit akan segera menyusul Jenderal Gatot Subroto yang telah meninggal pada tahun 1962.
Setelah penangkapan, Aidit dibawa ke Loji Gandrung. Di sana, seorang tentara berpangkat mayor sempat mencoba mengambil alih penangkapan Aidit. Namun, upaya itu ditolak oleh Komandan Brigade Mayjen Yasir Hadibroto.
Sesuai dengan perintah Jenderal Soeharto, Yasir kemudian memerintahkan anak buahnya, Mayor ST untuk mencari sumur tua tak berair. Di sumur kering itulah kelak hidup Aidit berakhir di hadapan regu tembak.
Saat akan dieksekusi, Aidit sempat mengingatkan para aparat militer bahwa dirinya adalah seorang Menko dalam Kabinet Dwikora.
"Tahu kamu artinya apa seorang Menko? Seorang Wakil Ketua MPR Sementara kemari? Apa ini sumur? Untuk apa?" katanya kepada Mayjen Yasir Hadibroto.
Namun gertakan Aidit kali ini tidak berpengaruh. Pertanyaan DN Aidit itu kemudian dijawab oleh Yasir.
"Saya mengerti pak, dan kalau bapak mau tahu sumur ini untuk apa? Ini buat bapak. Bapak tahu bukan kalau Pak Yani juga dimasukkan sumur seperti ini?" kata Mayjen Yasir Hadibroto, kepada Aidit.