Sadomasokisme yang Berujung Maut

M Budi Santosa, Jurnalis
Senin 24 Juli 2023 16:40 WIB
Catatan Redaksi Okezone: Sadomasokisme yang Berujung Maut (Foto: M Budi Santosa/Okezone)
Share :

PUBLIK baru saja digemparkan dengan kasus mutilasi di Sleman, Yogyakarta. Korbannya adalah salah seorang mahasiswa kampus swasta terkenal di Kota Pendidikan ini.

Belum terang benderang sesungguhnya motif dari mutilasi ini. Dugaan kuatnya, sang mahasiswa dibunuh oleh teman komunitasnya. Komunitas ini pun tergolong komunitas yang menyimpang.

Dari anasir awal, dugaan mutilasi ini, akibat kegiatan seks menyimpang yang disertai dengan kekerasan. Setidaknya ada kata kunci di sini: Pertama, seks menyimpang, karena diduga kuat sang mahasiswa dibunuh oleh dua rekan prianya. Kedua, kekerasan, karena ditengarai kemungkinan sang mahasiswa meninggal akibat hubungan seks yang disertai kekerasan.

Masalah menjadi makin runyam, ketika salah satu menjadi korban dan meninggal. Bisa jadi, mutilasi itu dilakukan untuk menutupi kejadian tersebut. Tak tanggung-tanggung, para pelaku juga berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan motif dan identitas korban seperti dengan memutilasi dan merebus jari jemari untuk menghilangkan sidik jari.

Polisi sejauh ini belum memastikan secara rinci apa yang sesungguhnya terjadi. Namun, tidak ada salahnya kita coba untuk mengulik mengenai praktik seks menyimpang yang disertai dengan kekerasan. Dunia literatur sering mengaitkan perilaku ini sebagai Sadomasokisme.

Sadomasokisme (dikutip dari Inna Fauziatal Ngazizah1, Maria Ulfa Fatmawati, 2020) merupakan perilaku kejam, ganas atau kasar, secara psikologi sadomasokisme merupakan kepuasan seksual yang diperoleh dengan menyakiti atau disakiti orang yang disayangi secara jasmani atau rohani.

Sadomasokisme pengertian lainnya adalah bentuk gangguan mental yang membuat penderitanya mendapatkan kepuasan saat menyakiti atau disakiti pihak lain (James Dominique, 1990).

Sadomasokisme memiliki dua pengertian yakni sadisme dan masokisme. Sadisme adalah bentuk penyimpangan seksual dengan mendapatkan kepuasan melalui penyiksaan yang diberikan kepada pasangannya. Sedangkan masokisme adalah bentuk kepuasan seksual dengan diterima kekerasan seksual yang diterimanya.

Sadomasokisme ini sebenarnya bisa saja terjadi dalam hubungan suami-istri, atau hubungan antara laki dan perempuan. Tapi bisa juga terjadi dalam hubungan seksual sesama jenis. Kasus di Sleman, Yogyakarta, bisa saja ditarik dalam ranah hubungan sesama jenis yang disertai dengan praktik Sadomasokis.

Memang banyak hal yang menyebabkan orang kemudian bertindak dan berperilaku Sadomasokis ini. Bisa saja karena aspek trauma masa lalu, rasa putus asa dalam kehidupannya, orang yang dalam posisi supermarginal (kemiskinan), atau juga pernah mengalami pelecehan seksual di masa lalu. Inilah beberapa hal yang meyebabkan kemudian orang berperilaku sadis dam masokis (mencari kepuasan seksual dengan kekerasan di daerah-dearah aerogen -- daerah pada tubuh yang menimbulkan rangsangan libido).

Mengacu pada kasus mutilasi di Sleman, Yogyakarta, hal yang harus menjadi pembelajaran adalah pentingnya keluarga dan masyarakat mengerti bahwa trauma masa lalu bisa berakibat fatal di masa depan.

Selain itu, pengawasan keluarga dan masyarakat diperlukan, mengingat komunitas-komunitas perilaku menyimpang ini makin banyak. Bahkan dengan maraknya media sosial, komunitas-komunitas ini mudah mencari jejaringnya.

Akhirnya, sembari menunggu ending penyelidikan dan penyidikan polisi, dengan asumsi awal di atas, maka tidak ada salahnya kita semua untuk waspada dan saling menjaga keluarga dan lingkungan kita dari praktik-praktik dan komunitas yang menyimpang.

 BACA JUGA:

Pendidikan budi pekerti dan agama, sepertinya akan menjadi obat mujarab di tengah kegalauan di masyarakat dan lingkungan sosial kita. Semoga, kita semua juga terhindar dari komunitas-komunitas yang menyimpang.

 

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya