Hery menilai, perbuatan yang dilakukan oleh polisi terhadap warga Dago Elos terbilang brutal seperti penembakan gas air mata ke arah pemukiman warga. Padahal, warga hanya ingin laporannya diterima secara baik oleh polisi.
Untuk diketahui, polisi sempat menembakkan gas air mata ketika kericuhan terjadi. Warga yang terkena gas air mata kemudian melarikan diri ke sejumlah ruas jalan.
"Bahwa tindakan polisi adalah tindakan yang brutal. Goals dari warga kan masih ingin laporan diterima, tapi malah mendapatkan perlakuan seperti ini," tandasnya.
Sementara itu, Kapolretabes Bandung, Kombes Budi Sartono membantah kabar lontaran gas air mata tersebut. Menurutnya, gas air mata hanya dilontarkan di jalan raya sekitaran Terminal Dago.
"Kita gas air mata tidak ke pemukiman, kita hanya ke jalan raya saja tidak ke pemukiman. Ini untuk membuka jalan saja," kata Budi di Mapolrestabes Bandung, Selasa (15/8/2023).
Meski demikian, pihaknya akan mendalami dugaan intimidasi saat pelaporan warga Dago Elos di Polrestabes Bandung. Sebab, hal itu yang disinyalir menjadi pemicu bentrok warga dan polisi di Terminal Dago, Coblong, Kota Bandung, Senin (14/8/2023) malam.
"Nanti akan dicek dulu seperti apa dilihat dulu," ujar Budi.
Selain melakukan pendalaman terkait dugaan intimidasi yang terjadi, polisi juga bakal mendalami soal penembakan gas air mata yang mengenai warga.
Budi pun akan melakukan penelusuran terkait beredarnya rekaman CCTV yang memperlihatkan anggota polisi mendobrak pintu salah satu rumah warga di Dago Elos.
"Nanti akan kami telusuri kembali karena kami fokus ke pembukaan jalan, nanti kalau ada anggota yang masuk ke rumah akan kita cek kembali," katanya.
Diketahui, warga Dago Elos dan kepolisian bentrok di Terminal Dago, Senin 15 Agustus 2023 malam. Bentrok pecah karena warga Dago Elos ditolak saat akan membuat laporan dugaan kasus penipuan kepemilikan lahan di Polrestabes Bandung.
(Khafid Mardiyansyah)