JAKARTA- Kenapa limbah nuklir Fukushima Daiichi dibuang ke laut? Mungkin ini masih menjadi pertanyaan besar di benak orang banyak.
Perlu diketahui bahwa pada 24 Agustus lalu, Jepang telah memompa lebih dari satu juta ton air olahan dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi. Mereka pun berencanamembuang air limbah dari pembangkit nuklir Fukushima-Daiichi ke laut pada Kamis (24/8/2023).
Mengutip berbagai sumber, Jumat (25/8/2023), Jepang melepaskan limbah setara sekitar 540 kolam renang Olimpiade ke laut Pasifik pada awal pembuangan. Hal itu terlihat pula dari video yang disediakan operator pabrik TEPCO, di mana para insinyur di balik layar komputer dan seorang pejabat mengatakan bahwa "katup di dekat pompa transportasi air laut sedang terbuka" setelah melakukan hitungan mundur.
Air limbah nuklir Fukushima Daiichi berasal dari pendinginan reaktor pabrik yang rusak, serta air tanah dan hujan yang merembes masuk ke reaktor. Sekitar 1,34 juta ton atau setara dengan hampir 540 kolam olimpiade kini disimpan di sekitar seribu kontainer baja di lokasi tepi pantai dan kini pembangkit listrik kekurangan tempat penyimpanan untuk limbah itu.
TEPCO melakukan empat kali pelepasan air olahan mulai Kamis hingga Maret 2024. Pembuangan pertama akan memakan waktu sekitar 17 hari. TEPCO menambahkan sekitar 5 triliun becquerel (ukuran radioaktivitas) tritium akan dilepaskan pada tahun fiskal ini.
Limbah ini dianggap aman oleh Jepang dan organisasi ilmiah. Namun, aktivis lingkungan berpendapat bahwa semua dampak yang mungkin terjadi belum diteliti.
Jepang mengatakan mereka perlu mulai mengeluarkan air limbah nuklir Fukushima Daiichi karena tangki penyimpanan sudah penuh. Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, memberi lampu hijau pada rencana tersebut pada bulan Juli lalu dengan mengatakan bahwa rencana tersebut memenuhi standar internasional dan dampaknya terhadap manusia dan lingkungan “dapat diabaikan”.
Greenpeace mengatakan bahwa risiko radiologi belum sepenuhnya dinilai dan dampak biologis dari tritium, karbon-14, strontium-90 dan yodium-129 yang dilepaskan bersama air 'telah diabaikan'.
Proses penyaringan akan menghilangkan strontium-90 dan yodium-129, dan konsentrasi karbon-14 dalam air yang terkontaminasi jauh lebih rendah dari standar pembuangan yang ditetapkan. Jepang menyatakan kadar tritium dalam air akan berada di bawah batas yang dianggap aman untuk diminum menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia.
(RIN)
(Rani Hardjanti)