Pergolakan Kesultanan Islam, dari Pengaruh Beda Aliran hingga Rebutan Lada Aceh

Avirista Midaada, Jurnalis
Minggu 10 September 2023 06:15 WIB
Ilustrasi (Foto: Ist)
Share :

Dari perkawinan itu, lahirlah Sayid Abdul Aziz. Dengan sokongan para pedagang asing yang menganut agama Islam aliran Syi'ah, Sayid Abdul Aziz berhasil merebut kekuasaan Marah Perlak dan kemudian mendirikan kesultanan Perlak pada tahun 1161.

Sayid dinobatkan menjadi sultan Perlak dengan julukan Alaiddin Syah. Kesultanan Perlak, yang dipimpin oleh Arab peranakan Sayid Abdul Aziz, mendapat dukungan sepenuhnya dari para pedagang asing dari Arab, Mesir, Persi, dan Gujarat yang menganut aliran Syi'ah.

Kecuali kesultanan Perlak di pantai timur Sumatra bagian utara, masih ada kesultanan lain yang dipimpin oleh laksamana laut dari dinasti Fathimiah di Mesir, yakni kesultanan Pasai. Kesultanan Pasai terletak di muara sungai Pasai dan menjadi negara bawahan Mesir.

Kala itu Kerajaan Samudra Pasai konon merupakan penganut Islam mahzab atau aliran syi'ah tidak dikehendaki oleh dinasti baru di Mesir yang beragama Islam aliran Syafi'i. Di saat bersamaan muncullah sebuah dinasti baru bernama Dinasti Mamaluk. Dinasti Mamaluk ini mulai tahun 1285 sampai 1522.

Pada hakikatnya, dinasti Mamaluk juga ingin menguasai perdagangan rempah-rempah di Malaka, seperti halnya dinasti Fathimiah. Pada tahun 1284, dinasti Mamaluk mengirim Syaikh Ismail ke pantai timur Sumatra bersama Fakir Muhammad, bekas ulama di pantai barat India, untuk menghilangkan pengaruh Syi'ah dan sekaligus mengambil alih kekuasaan dari penguasa pelabuhan Pasai.

Di Samudera Pasai, mereka bertemu dengan Marah Silu, yang telah masuk dalam ketentaraan Pasai dengan nama Iskandar Malik. Syaikh Ismail berhasil membujuk Marah Silu, penguasa Kesultanan Samudra Pasai untuk memeluk agama Islam madzhab Syafi'i.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya