BEKASI - Seorang anak berusia tujuh tahun didiagnosis menderita mati batang otak. Diagnosis mati batang otak terjadi usai anak itu menjalani operasi amandel di Rumah Sakit Kartika Husada, Jatiasih.
Orangtua korban, Albert Francis menjelaskan, peristiwa ini bermula saat kedua anaknya mengeluh sakit pada bagian telinga dan tenggorokan. Akhirnya, Albert memutuskan untuk membawa anaknya ke Rumah Sakit Kartika Husada di Jatiasih, Kota Bekasi.
“Memang sehat (awalnya), cuman amandelnya aja bermasalah itu menurut penuturan dokter. Maksudnya dari dokter, hasil lab, pemeriksaan, segala macam sehat. Hanya memang amandelnya membesar dan disarankan untuk operasi,” ungkap Albert kepada wartawan, Senin (2/10/2023).
Singkat waktu, operasi terhadap anaknya pun berjalan, saat itu operasi diklaim berjalan lancar. Kendati demikian, pasca operasi anaknya mulai memperlihatkan kondisi tubuh yang menurun dan harus dilarikan ke ruang ICU.
“Pada saat keluar operasi, tidak lama keluar dari situ mengalami yang namanya henti jantung, nah itu tiba-tiba dimasukkan ICU untuk perawatan intensif,” ungkap dia.
Seiring berjalannya waktu, anaknya yang mendapatkan perawatan intensif makin mengalami perburukan.
Hingga akhirnya dokter memvonis anaknya menderita mati batang otak.“Akhirnya divonis dengan mati batang otak,” ungkapnya.
Saat ditanyai mengenai ada atau tidaknya penyakit yang diderita bocah sebelum menjalani operasi, Rahma juga mengklaim bahwa suatu tindakan yang diambil sudah sesuai dengan standar. Ia pun menjelaskan bahwa kasus ini nantinya akan langsung melibatkan dokter ahli.
Dia heran, meski tidak mengetahui persis apakah operasi amandel mempunyai dampak langsung terhadap matinya batang otak. Menurutnya saat itu pihak dokter hanya menyampaikan bahwa operasi memiliki risiko.
“Untuk sampai ke sana (mati batang otak) tidak dijelaskan rinci. Mereka cuman bilang operasinya ada risikonya,” imbuhnya.
Selama mendapat perawatan di Rumah Sakit Kartika Husada anaknya ditangani oleh dua dokter spesialis. Mereka yang menangani ialah dokter spesialis dari telinga hidung tenggorokan (THT) dan dokter anestesi.
Sementara Perwakilan Manajemen RS Kartika Husada, dr. Rahma Indah Permatasari pada Jumat (29/9) lalu mengklaim bahwa prosedur penanganan bocah sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP). Bahkan seluruh proses perawatan, konsultasi hingga pasca operasi pun juga diklaim sesuai standar.
“Kita sudah menjelaskan proses operasi, sampai terjadinya resiko yang kita tidak inginkan saat ini. Jadi sebenernya semua tindakan itu sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada di rumah sakit ini,” kata Rahma Indah.
“Intinya setiap kita melakukan semua tindakan kita pasti akan melakukan suatu diagnosis, itu sudah dijelaskan oleh operator,” katanya.
“Hasil dari pertemuan dinkes hari ini kita memutuskan akan mendatangkan dokter-dokter ahli mungkin bisa memaksimalkan pelayanan di rumah sakit,” pungkasnya.
(Fahmi Firdaus )