PERANG Yom Kippur atau disebut juga dengan Perang Oktober merupakan pertempuran yang diinisiasi oleh Mesir dan Suriah pada 6 Oktober 1973, bertepatan dengan hari raya Yahudi Yom Kippur.
Perang ini terjadi pada bulan suci Ramadhan dan berlangsung hingga 26 Oktober 1973. Perang yang merarik Amerika Serikat (AS) dan Rusia ke dalam konfrontasi tidak langsung untuk membela sekutu masing-masing.
Lantas, apa yang sebenarnya menjadi pemicu terjadinya Perang Yom Kippur pada tahun 1973 ini? Yuk, simak penjelasan berikut ini!
Latar Belakang Perang Yom Kippur (1973)
Dilansir dari History Channel, dalam Perang Enam Hari pada 1967, Israel memenangkan Semenanjung Sinai dengan luas wilayah 23.500 mil persegi, memperluas empat kali lipat wilayahnya dari total luas wilayah sebelumnya.
Kemenangan Israel ini mengakibat Mesir kehilangan Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza, Yordania kehilangan Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dan Suriah kehilangan Dataran Tinggi Golan yang strategis.
Anwar Sadat, yang menjadi presiden Mesir tak lama setelah Perang Gesekan (1969-70) berakhir, membuat tawaran untuk mencapai penyelesaian damai dengan syarat bahwa Israel akan mengembalikan wilayah yang telah direbutnya.
Sayangnya, Israel menolak persyaratan tersebut yang mengakibatkan Sadat mengambil keputusan untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang telah diambil alih Israel.
Pada 1972, Sadat mengusir 20.000 penasihat Rusia dari Mesir dan membuka jalur diplomatik baru dengan Amerika Serikat (AS), sekutu utama Israel, yang diharapkan menjadi mediator penting dalam pembicaraan damai di masa depan.
Sadat kemudian membentuk aliansi baru dengan Suriah, merencanakan sebuah serangan bersama terhadap Israel.
Perang 6 Oktober 1973
Ketika bentrokan perang pada 6 Oktober 1973 dimulai, banyak tentara Israel yang berada di luar pos untuk merayakan Yom Kippur (Hari Penebusan). Saat itu, pasukan Arab dengan persenjataan Rusia-nya memulai penyerangan terhadap tentara Israel.
Ketika perang akhirnya meletus, pasukan Irak dan Yordania, yang mendukung Suriah, bergabung untuk menyerang Israel.
Tidak seperti perang sebelumnya, Israel mengalami krisis persediaan senjata dan amunisi selama perang berlangsung. Presiden AS Richard Nixon yang menjabat saat itu bahkan membantu Israel dengan membangun jalur pasokan darurat ke Israel.
Perang ini berlangsung selama kurang lebih 20 hari hingga akhirnya pasukan Israel berhasil memukul mundur pasukan Arab dan sekutunya, meskipun harus mengorbankan banyak tentara amunisi, serta cadangan kebutuhan militer, sebagaimana dikutip dari Britannica.
Lalu, pada 25 Oktober 1973, gencatan senjata Mesir-Israel dijamin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pasca Perang Yom Kippur (1973)
Setelah perang berakhir, Perdana Menteri Israel Golda Meir mengundurkan diri karena dinilai kurang siap dalam mengatasi perang yang mengorbankan banyak korban jiwa. Sebagian wilayah Sinai juga dikembalikan pada Mesir dalam Perjanjian Pelepasan Mesir-Israel pada 1973.
Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin, yang diangkat menggantikan Meir, kemudian menandatangani perjanjian perdamaian pada 1978.
Pada 1982, Israel akhirnya sepenuhnya merealisasikan perjanjian perdamaian (1978) dengan mengembalikan bagian terakhir dari Semenanjung Sinai ke Mesir.
(Rahman Asmardika)