Prancis Tingkatkan Masalah Keamanan Usai Serangan Pisau di Sekolah

Susi Susanti, Jurnalis
Sabtu 14 Oktober 2023 16:35 WIB
Prancis tingkatkan masalah keamanan usai serangan pisau di sekolah (Foto: Reuters)
Share :

PRANCIS - Perdana Menteri (PM) Prancis telah menempatkan negaranya pada status siaga tertinggi anti-terorisme setelah seorang penyerang menikam seorang guru dan melukai dua orang lainnya.

Para saksi mata mengatakan pria yang menggunakan pisau itu meneriakkan "Allahu Akbar", atau "Tuhan Yang Maha Besar", dalam serangan di sebuah sekolah di Arras, Prancis utara. Dia sekarang ditahan.

Tingkat "serangan darurat" telah digunakan dalam kasus-kasus kontra-teror sebelumnya.

Peringatan ini dapat memicu penerapan keamanan tambahan dan peringatan publik.

Serangan di sekolah menengah Gambetta di kota utara, sekitar pukul 11:00 waktu setempat (09:00 GMT), terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di komunitas Muslim dan Yahudi yang cukup besar di Prancis, akibat konflik antara Israel dan Hamas.

Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin mengatakan "tidak diragukan lagi" ada hubungan antara serangan Arras dan konflik Israel-Hamas.

Menurut polisi, penyerang, yang bernama Mohamed Mogouchkov, warga negara Rusia berusia 20 tahun, berasal dari Chechnya dan dikenal oleh dinas keamanan karena keterlibatannya dengan ekstremisme Islam.

Sebagai mantan murid di sekolah tersebut, dia membuat khawatir para guru dengan bahasa ekstremisnya.

Polisi juga menangkap beberapa anggota keluarga penyerang yakni seorang saudara laki-laki berusia 17 tahun, ibunya, seorang saudara perempuan dan seorang paman.

Perdana Menteri (PM) Elisabeth Borne mengambil langkah mendesak setelah pertemuan keamanan dengan Presiden Emmanuel Macron.

Sebelumnya Macron mengunjungi sekolah tersebut dan mengutuk "kebiadaban terorisme Islam". Dia menyerukan kepada masyarakat Prancis untuk tetap “bersatu” dalam menghadapi serangan tersebut, untuk “tidak menyerah pada teror atau membiarkan apa pun memecah belah kita”.

Pria yang dibunuh adalah seorang guru bahasa Prancis, ditikam di tenggorokan dan dada. Guru lainnya dan seorang penjaga keamanan terluka parah dan sekarang dirawat di rumah sakit. Penjaga keamanan itu sakit kritis, dengan banyak luka tusuk.

Orang ketiga yakni seorang petugas kebersihan tidak mengalami luka serius dalam serangan itu, dan tidak ada anak-anak yang terluka.

Macron mengatakan guru yang meninggal itu "melindungi orang lain dan tanpa ragu menyelamatkan banyak nyawa".

Martin Dousseau, seorang guru yang menyaksikan serangan itu, mengatakan kepada kantor berita AFP tentang saat panik saat jam istirahat, ketika anak-anak sekolah berhadapan dengan pria bersenjata.

"Dia menyerang staf kantin. Saya ingin turun untuk turun tangan, dia menoleh ke arah saya, mengejar saya dan bertanya apakah saya seorang guru sejarah dan geografi," terangnya.

“Kami membuat barikade di dalam, lalu polisi datang dan melumpuhkannya,” lanjutnya.

Serangan itu terjadi hampir tiga tahun sejak pembunuhan dan pemenggalan kepala guru lainnya, Samuel Paty, di sekolahnya di luar Paris.

Pelaku penyerangan itu, Abdullakh Anzorov, 18 tahun, seorang pengungsi Muslim Rusia, ditembak mati oleh polisi tak lama kemudian.

Prancis telah dilanda serangkaian serangan Islam dalam beberapa tahun terakhir. Yang terburuk terjadi pada November 2015 ketika orang-orang bersenjata dan pelaku bom bunuh diri menyerang tempat hiburan dan kafe di Paris, menewaskan 130 orang. Serangan itu diklaim dilakukan oleh kelompok Negara Islam (ISIS).

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya