Mbah Kandong Jatikramat, Panglima Perang Kesultanan Banten yang Sakti Mandraguna

Nanda Aria, Jurnalis
Jum'at 03 November 2023 07:04 WIB
Makam Mbah Kandong yang dikeramatkan warga/Foto: Ist
Share :

 

BEKASI - Makam Mbah Kandong yang berada di Kampung Jatikramat, Kelurahan Jatiasih, Kota Bekasi, dikeramatkan warga sekitar. Makam ini baru diketahui warga pada 2006 silam.

Makam itu secara tiba-tiba ramai didatangi oleh peziarah dari luar Bekasi dan berbagai wilayah di Indonesia. Lokasinya mudah diakses, berada di tengah kota tepatnya di Selatan Bekasi.

 BACA JUGA:

Mbah Kandong dikenal sebagai seorang penyebar atau pemuka agama Islam yang bernama Syekh Su’ud atau Syekh Sarifudin. Konon, ia keturunan dari Kesultanan Banten yang datang ke Batavia untuk membantu dan berjuang bersama Pangeran Jayakarta mengusir penjajah.

Bahkan, Mbah Kandong merupakan penemu Kampung Jati Kramat. Sedangkan versi lainya berdasarkan keterangan ahli hikmah yang sudah menelusuri jejak Mbah Kandong dari napak tilasnya di Jawa hingga ke makamnya di Bekasi, Mbah Kandong sebenarnya adalah Pangeran Arya Wijaya atau Raden Pengebunan atau juga Raden Pangandangan.

 BACA JUGA:

Beliau adalah Panglima perang dari Kerajaan Cirebon yang diutus mencegah dan melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Saat itu, Mbah Kandong datang ke Jati Kramat yang masih hutan belantara lantaran dikisahkan lari dari kejaran pasukan Belanda di Batavia.

Bersama Pangeran Jayakarta, dia lari dari kejaran menghindari kepungan pasukan Belanda. Karena terpojok, dengan kesaktian Pangeran Jayakarta dia membuang jubah dari sorbannya ke dalam sumur yang berada di Utara Batavia yang berada di Mangga dua. Penjajah pun terkecoh. Saat melarian diri itu mereka terpisah.

Pangeran Jayakarta dan sebagian pasukannya pergi ke arah Timur yang letaknya saat ini berada di Jatinegara Kaum (Jakarta Timur) untuk bersembunyi dan menghimpun kekuatan kembali. Sedangkan Mbah Kandong terpisah bersama sebagian pasukan yang tersisa dan terus berjalan ke arah Selatan (Pondok Gede).

Di lokasi ini, nantinya menjadi cikal bakal Kampung Jati Kramat ini, dan dia memutuskan untuk menetap menyebarkan agama Islam di situ. Saat tiba di hutan itu, Mbah Kandong langsung menemui segelintir penduduk. Dengan menggunakan Handong (Delman), Mbah Kandong lalu menemui mereka dan akan menetap di tempat itu.

Karena kedatanganya menggunakan delman itu, akhirnya warga setempat memanggilnya dengan Handong atau Mbah Kandong. Warga yang awalnya menganut aliran kepercayaan atau aninisme akhirnya memeluk agama Islam dan menjadi murid-murid dari Mbah Kandong.

Mbah Kandong terkenal sakti. Suatu hari, Belanda mengerahkan pasukan daratnya untuk menumpas pasukan yang dilatih Mbah Kandong, hanya saja mereka tak pernah bisa menemukan keberadaan para pejuang.

Konon katanya saat Belanda ingin menghancurkan tempat persembunyian di tengah hutan, Belanda tak pernah bisa menemukan tempat persembunyian dari Mbah Kandong dan hanya menemukan hutan belantara.

Hal itu terjadi lantaran Mbah Kandong mengeluarkan kesaktiannya dengan mengambil segenggam debu, lalu dilemparkan disebar ke atas pepohonan yang rindang. Hasilnya, pasukan bersenjata lengkap yang akan menyergap mereka kehilangan pandangan dan malah tersesat.

Cerita ini yang kemudian diamini oleh warga hingga mengkeramatkan Makan Mbah Kandong. Tak ayal kini banyak peziarah yang berkunjung ke sana untuk mendapatkan karomah.

(Nanda Aria)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya