BACA JUGA:
Namun tak lama berdinas, Surapati kembali membuat ulah. Perselisihannya dengan Pembantu Letnan (vaandrig) Williem Kuffler telah menewaskan 20 orang Belanda. Sejak itu ia kembali menjadi laskar pengacau yang terus menerus bermusuhan dengan Belanda. Karena terdesak, bersama pasukannya Surapati memutuskan bergeser ke arah timur.
Sejawaran Belanda Hermanus Johannes de Graaf dalam buku "Terbunuhnya Kapten Tack, Kemelut di Kartasura Abad XVII" mengatakan : Surapati bukanlah satu-satunya komandan laskar petualang di daerah perbatasan. Tetapi ia dianggap jagonya yang paling unggul.
Sejak berselisih dengan Willem Kuffeler, serta dianggap bertanggung jawab atas kematian Kapten Francois Tack di Kartasura, Belanda terus menaruh dendam kesumat kepada Surapati. Dalam kemelut suksesi raja Jawa (1704), dendam itu makin menyala. Surapati berdiri di pihak Amangkurat III yang saat itu berperang melawan Pakubowono I yang dibekingi Belanda.
Tahun 1686, Surapati mendirikan kraton di Pasuruan, Jawa Timur. Kraton yang tidak tunduk pada kekuasaan siapapun. Termasuk kolonial Belanda. Sebelum menutup mata, Surapati melakukan pertempuran di Bangil (Sekarang masuk wilayah Kota Pasuruan). Surapati meninggal tahun 1705 dengan luka serius akibat pertempuran pamungkasnya. Namun api pemberontakan tidak padam.
Estafet perlawanan dilanjutkan keturunan dan para pengikutnya. Seperti kakeknya, di depan Belanda, Bupati Lumajang Kartanagara yang merupakan cucu Surapati muncul sebagai pemberontak.
Bersama saudaranya Bupati Malang Malayakusuma, Kartanagara memilih bersekutu dengan Singasari atau Prabujaka, anak Amangkurat IV (1719-1726) yang menolak pembagian kerajaan Jawa. Usulan membelah kerajaan yang pada tahun 1755-1757 berhasil dilaksanakan (Perjanjian Giyanti), datangnya dari Belanda.
Pangeran Singasari memilih keluar istana dan memberontak. Mangkubumi dan Raden Mas Sahid (Mangkunegara), dua saudaranya yang didukung Belanda, ia lawan. Diajaknya serta putranya yang bernama Raden Mas ke Malang untuk berkoalisi dengan Bupati Malang Malayakusuma.
Kolaborasi antara Pangeran Mataram Singasari dengan keturunan Surapati membuat Belanda ketar ketir. Tidak hanya berhadapan dengan pasukan Pangeran Mataram Singasari. Ekspedisi militer Belanda juga akan menghadapi kekuatan trah Surapati yang berkuasa di wilayah Lumajang, Malang, Antang (Ngantang) dan Porong.
"Kolaborasi antara Singasari dan Malayakusuma di Malang sebenarnya adalah kebangkitan kembali aliansi lama antara kedua keluarga yang telah dijalin sejak enam puluh tahun sebelumnya," kata Sri Margana dalam buku "Ujung Timur Jawa, 1763- 1813 Perebutan Hegemoni Blambangan".