Tidak sampai di situ saja, Sudirman yang hanya bernafas dengan satu paru-paru karena tuberkulosis pun kesulitan memperoleh obat-obatan. Kendati demikian, dirinya tetap semangat dalam berjuang meski sesekali harus ditandu oleh para prajuritnya.
Perang gerilya pun berakhir pada 1949 dan kesehatan Sudirman kian memburuk. Ia akhirnya meninggal dunia pada 29 Januari 1950, tepat diusianya yang ke 34 tahun. Meski meninggal di usia muda, namun Sudirman berhasil mewariskan semangat juang dan jiwa patriotisme yang mampu memotivasi generasi penerus bangsa ini.
Demikian kisah heroik Jenderal Besar Sudirman tetap berperang melawan Belanda dengan satu paru-paru dan tuberkulosis.
(Hafid Fuad)