JAKARTA – Perang antara Hamas dan Israel yang saat ini terjadi di Jalur Gaza menimbulkan pertanyaan besar mengenai masa depan daerah kantong tersebut. Israel, yang telah membombardir Gaza selama lebih dari dua bulan, bersumpah akan menghancurkan Hamas dan tidak akan membiarkan kelompok Palestina itu kembali berkuasa di Gaza.
Israel mengatakan pihaknya akan menempatkan pasukan untuk mengamankan daerah kantong itu seusai perang. Namun, Amerika Serikat (AS), yang merupakan sekutu dekat Israel secara jelas mengungkapkan bahwa Washington memiliki visi berbeda, mendorong Otoritas Palestina untuk memegang kekuasaan di Gaza.
Terkait hal ini, Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi mmengatakan bahwa baik Israel maupun AS bukanlah pihak yang berhak memutuskan masa depan Gaza. Dia menegaskan bahwa prioritas saat ini adalah penghentian kebrutalan dan kekerasan di Gaza, setelah itu keputusan seharusnya diserahkan kepada rakyat Palestina.
“Tentu prioritas adalah penghentian kebrutalan dan pembunuhan di sana (Gaza), setelah itu putusan apapun yang diambil oleh masyarakat Palestina kami tentu akan hormati dan hargai. Masyarakat Palestina lah yang merupakan pihak yang harus memutuskan berkaitan dengan bangsa mereka, dan negara mereka,” kata Dubes Iran dalam wawancara Special Dialogue Okezone.
Dia mengatakan bahwa hal ini sesuai dengan konsep-konsep demokrasi yang kerap dikumandangkan oleh negara Barat, terutama Amerika Serikat. Dubes Iran juga mengatakan bahwa hal yang sama perlu diterapkan untuk masa depan Palestina.
Israel melancarkan kampanye militernya di Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober yang membunuh 1.200 warga Israel dan menyandera 240 orang.
Pasukan Israel telah mengepung jalur pantai dan menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut, dengan hampir 19.000 orang dipastikan tewas, menurut pejabat kesehatan Palestina, dan ribuan lainnya dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan.
(Rahman Asmardika)