PERTH – Polisi Australia telah mendakwa dua pria atas dugaan rencana membunuh empat rapper yang tergabung dalam grup OneFour.
Kedua pria tersebut, yang disebutkan dalam laporan media sebagai Brandon Maseuli dan Yousef Rima, adalah bagian dari sindikat kriminal internasional yang berasal dari Lebanon.
Polisi mengatakan kelompok tersebut mengambil kontrak untuk melakukan kejahatan kekerasan seperti pembunuhan dan penculikan.
Maseuli, 26, dan Rima, 20, ditangkap di Sydney pada Kamis (11/1/2024) dan dikenakan berbagai dakwaan.
Tindakan tersebut mencakup konspirasi pembunuhan, penculikan, pengarahan kelompok kriminal, dan berbagai pelanggaran terkait narkoba dan perampokan.
Pihak berwenang juga telah mengajukan surat perintah penangkapan terhadap seorang pria berusia 22 tahun yang diyakini berada di luar negeri.
Polisi mengatakan Maseuli dan Rima telah bersekongkol untuk membunuh empat orang penting dari barat laut Sydney atas nama jaringan lain.
Target mereka telah diidentifikasi adalah empat anggota grup latihan rap OneFour. Yakni Jerome "J Emz" Misa, Pio "YP" Misa, Spencer "Spenny" Magalogo dan Dahcell "Celly" Ramos. Tidak jelas mengapa anggota kelima, Salec "Lekks" Su'a, tidak menjadi sasaran.
Sydney Morning Herald, mengutip otoritas kepolisian mengatakan plot terhadap anggota OneFour diyakini dipicu oleh konflik antara rapper tersebut dan kelompok yang diduga menyewa sel sindikat kriminal di Sydney.
Polisi menemukan dugaan plot tersebut sebagai bagian dari penyelidikan yang lebih luas terhadap sel Sydney, di mana Maseuli dan Rima menjadi bagiannya. Mereka juga menuduh bahwa hal itu terkait dengan beberapa penculikan, termasuk penculikan yang melibatkan lebih dari 722 kg (1.600 pon) kokain.
Kedua tersangka muncul di hadapan Pengadilan Lokal Liverpool pada Kamis (11/1/2024). Jaminan mereka ditolak.
OneFour, yang merupakan salah satu grup rap paling terkenal di Australia, pernah beberapa kali berurusan dengan polisi Australia. Musik mereka sering kali memuat tema gelap dan lirik kekerasan, yang menurut polisi dapat memicu kekerasan.
Mereka terpaksa membatalkan tur nasional pada 2019 setelah polisi menyatakan “masalah keamanan”.
(Susi Susanti)