Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez telah berulang kali menggambarkan koeksistensi dua negara berdaulat di wilayah bekas Mandat Palestina sebagai satu-satunya jalan yang layak menuju perdamaian di wilayah tersebut. Solusi dua negara seperti itu ditetapkan dalam Konferensi Madrid 1991 dan Perjanjian Oslo 1993-95, tetapi proses perdamaian telah mati suri selama bertahun-tahun.
Namun, pencarian solusi damai telah menjadi urgensi baru oleh perang selama 11 bulan di Jalur Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. Ini menjadi episode paling berdarah dalam keseluruhan konflik serta meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki.
Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967 dan telah diduduki sejak saat itu, dengan perluasan permukiman Yahudi yang memperumit masalah tersebut. Israel mencaplok Yerusalem Timur pada tahun 1980 dalam sebuah tindakan yang umumnya tidak diakui secara internasional.
Israel juga mengatakan jaminan keamanannya adalah yang terpenting.
Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide mengatakan kepada Reuters bahwa pertemuan itu juga perlu membahas demobilisasi Hamas - yang menguasai Gaza sebelum perang - dan normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara lain, terutama Arab Saudi.
(Erha Aprili Ramadhoni)