"Jadi kan ada tiga Paslon. Kalau tuh debat terbuka pasangan calon KPU bisa menggandeng untuk optimalisasi pencapaian tujuan debat publik atau debat terbuka antar pasangan calon ini. Kampus kan punya sumber daya kepakaran keilmuan dari berbagai cabang yang bisa dioptimalkan untuk membedah visi misi dan gagasan para calon," ungkapnya.
Paslon Pilkada, kata Titi, harus berani diuji gagasannya di kampus untuk memastikan visi misi. Dan programnya benar-benar dapat menjawab permasalahan di suatu daerah secara tepat
"Serta menunjukkan kepada publik bahwa meraka dapat diandalkan untuk kepemimpinan daerah, bukan sekedar bermodal kekuatan politik tapi juga mumpuni dari sisi kapasitas dan visi pembangunan daerah," kata Titi.
Selain itu, lanjut Titi, KPU perlu melibatkan kampus terutama di daerah bercalon tunggal agar dukungan mayoritas yang di dapat calon tunggal juga berbanding lurus dengan kapasitas dan kompetensi Paslon dalam memimpin.
"Karena kan ketika dia mendapatkan mayority support mayority tiket artinya kan bisa dikatakan secara sepintas memang dia adalah pilihan terbaik yang membuat tidak ada pilihan lain. Oleh karena itu, mestinya di uji secara optimal dan tidak perlu takut calon tunggal untuk datang ke kampus. Dan ini bisa menjadi peluang betul-betul meyakinkan di tengah calon tunggal versus kotak kosong bahwa memang calon tunggal tidak lahir dari sebuah rekayasa tapi memang lahir dari proses yang alamiah yang ditopang oleh kepemimpinan yang kredibel dan punya kapasitas," ungkapnya.
(Arief Setyadi )