Kang Emil menjelaskan bahwa para peserta Sekolah Perempuan ini bisa meningkatkan taraf hidup mereka dengan menjadi wirausaha. Program ini juga menyertakan kurikulum anti-radikalisme. "Ke depan, kami berencana menghadirkan Sekolah Politik Perempuan, agar perempuan dapat memperjuangkan masa depan mereka sendiri, keluarga, dan gendernya,” tutup Ridwan Kamil.
Dalam program RIDO terkait perempuan, ada beberapa hal yang bisa digarisbawahi yakni Sekolah Perempuan Maju yang akan memberikan pelatihan dan pemberdayaan untuk perempuan, termasuk di dalamnya pelatihan untuk kemandirian ekonomi, literasi digital, kewirausahaan, dan program yang dibutuhkan untuk kemandirian perempuan termasuk secara ekonomi.
Selain itu, pasangan RIDO akan memfasilitasi akses permodalan bagi usaha yang dimiliki dan dikelola perempuan. Pasangan RIDO juga akan memastikan dan meningkatkan keterwakilan perempuan dalam posisi kepemimpinan di Pemerintah Provinsi Jakarta.
Selain membahas ketimpangan gender, Ridwan Kamil juga merespons pertanyaan dari pasangan Pramono-Rano yang menyinggung pentingnya kelurahan sebagai pusat penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang inovatif dalam pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan. Menurut Ridwan Kamil, tidak mungkin masalah Jakarta diselesaikan dengan pendekatan sentralistik dari Balai Kota. Karena itu, konsep yang diusung pasangan RIDO (Ridwan Kamil-Suswono) untuk DKI Jakarta adalah singkatan dari Desentralisasi, Kolaborasi, dan Inovasi.
“Kelurahan adalah pusat dari ASN (Aparatur Sipil Negara) di bawahnya, termasuk RW. Oleh sebab itu, kami akan mendemokratisasi warga Jakarta yang cerdas untuk mendesain masa depan mereka sendiri dengan pendekatan global. Bagaimana caranya? Setiap RW akan diberi anggaran Rp200 juta per tahun, dengan total Rp1 miliar selama lima tahun,” jelasnya.
Ridwan juga menyebut bahwa insentif untuk RT, RW, Dasawisma, PKK, dan Posyandu akan ditingkatkan. "Bayangkan ada rapat di 2.700 RW yang dipimpin oleh Pak Lurah untuk merancang masa depan wilayah mereka. Dengan begitu, gubernur bisa fokus mengurus persoalan besar, dan Jakarta akan lebih maju,” ungkapnya.
Selain itu, Ridwan juga menanggapi pertanyaan pasangan Dharma-Kun mengenai solusi kemacetan di Jakarta. Salah satu strategi yang akan diterapkan adalah memperluas dan memfasilitasi penggunaan transportasi publik, seperti MRT, LRT, dan Transjakarta. Selain itu, RIDO berencana menghadirkan inovasi transportasi sungai atau "river way" dengan perahu melintasi 13 sungai di Jakarta.
“Kami juga akan mengurangi mobilitas warga dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan Central Business District (CBD) di beberapa titik, seperti Ancol, Pantai Indah Kapuk (PIK), Kelapa Gading, dan TB Simatupang. Dengan adanya CBD ini, warga yang tinggal di Jakarta Selatan tidak perlu pergi ke pusat kota untuk bekerja. Mereka bisa tinggal, bekerja, dan beraktivitas di wilayah selatan saja,” jelasnya.
Lebih lanjut, RIDO juga akan memperkenalkan kebijakan Work From Home (WFH) yang diterapkan secara bergilir. “Misalnya, hari Senin untuk industri media, Selasa untuk industri hukum. Dengan demikian, mobilitas warga akan berkurang, dan digabungkan dengan fasilitas transportasi yang lebih baik, kita berharap kemacetan bisa teratasi,” ujar Ridwan.
(Khafid Mardiyansyah)