JAKARTA - Presiden terpilih Prabowo Subianto telah melakukan uji publik terhadap sosok calon Menteri, Wakil Menteri hingga Kepala Badan dalam Kabinet Pemerintahannya nanti. Mereka yang dikenalkan pun berasal dari kalangan profesi, mulai dari Selebritas/Artis, Profesional, Politikus, Akademisi hingga Ormas.
Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia (SDI) Arif Nur Imam menyinggung soal jumlah Kabinet Pemerintahan Prabowo-Gibran yang cukup gemuk atau gemoy. Menurutnya, puluhan sosok yang dipanggil merapat ke Kertanegara merupakan simbol politik akomodasi, yang masih terkait dengan pemenangan Pemilu 2024.
"Kabinet gemoy ini tentu menandakan akomodasi politik yang mencoba merajut semua kekuatan politik bukan hanya parpol melainkan juga Ormas dan profesi," kata Arif saat dikonfirmasi Okezone, Jakarta, Rabu (16/10/2024).
Setidaknya ada 108 orang yang dipanggil Prabowo ke kediamannya sejak tanggal 14 Oktober hingga 15 Oktober 2024.
Dari jumlah tersebut, tercatat ada belasan Menteri Kabinet Kerja rezim Jokowi yang akan masuk kembali ke dalam lingkaran kekuasaan Prabowo Subianto. Menurut Arif, ada dua pendekatan yang dapat dianalisa terkait dengan hal tersebut.
"16 Menteri era Jokowi yang masuk lagi tentu karena selain ada faktor Jokowi dalam komposisi pembentukan kabinet juga lantaran 16 Menteri tersebut sebagian besar telah kenal dan sebagian lagi merupakan petinggi parpol pendukung Prabowo," ujar Arif.
Sementara itu, Arif menilai bahwa, hadirnya sosok Selebritas yang cukup mengejutkan masuk ke dalam Kabinet Prabowo-Gibran nanti tak lepas dari keterlibatan dalam pesta demokrasi 2024 lalu.
"Calon Menteri dan Wamen Prabowo-Gibran memang muncul beberapa Selebriti seperti Raffi Ahmad dan Giring. Selebritis yang bergabung dalam kabinet faktor penariknya adalah karena mereka kemarin berkeringat dalam Pilpres sehingga ini juga bagian akomodasi politik" ucap Arif.
Disisi lain, Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, Neni Nur Hayati berpandangan lain dengan kehadiran kalangan Selebritas di dalam Kabinet Prabowo-Gibran. Ia menilai bahwa, kehadiran Artis tersebut tidak melihat kapasitas, kapabilitas politik maupun rekam jejak.
"Namun memang mereka direkrut atas dasar kedekatan secara personal dan kepentingan politis. Kecenderungan merekrut artis di Kabinet hanya sebagai Vote Getter atau pengepul suara semata tanpa melihat rekam jejak dan moral politik lebih dikedepankan," kata Neni dikonfirmasi terpisah.
"Yang paling saya khawatirkan dan akan menjadi tantangan berat adalah kalangan Artis ini tidak akan menonjol gagasannya dan mampu menyelesaikan problem karena tidak memiliki banyak pengalaman di lapangan," tambahnya menjelaskan.
Meski begitu, Neni mengungkapkan, Prabowo dinilai tepat dalam merekrut kalangan Ormas dalam Kabinetnya. Menurutnya, mereka yang dihadirkan adalah sosok yang selama ini telah dikenal memumpuni pada bidangnya masing-masing.
"Masih untung, kehadiran artis ini bisa diimbangi dengan Prabowo merekrut kehadiran dari ormas yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang mampu menangani permasalahan kebangsaan di bidang bersangkutan," ujar Wakil Sekretaris LHKP PP Muhammadiyah itu.
Salah satu contoh keputusan tepat yang diambil Prabowo adalah merekrut beberapa kader Muhammadiyah. Pasalnya, dalam hal ini, mereka yang diajak bergabung ke dalam lingkaran kekuasan akan mampu bekerja dengan penuh dedikasi dan membangun Indonesia lebih baik lagi.
"Pak Prabowo memang memilih kader yang tepat dan kita sangat menghargai keputusannya untuk menjadi representasi golongan dan keterwakilan masyarakat. Kader Muhammadiyah ketika diberikan mandat bukan hanya sekedar membangun secara fisik tetapi juga jiwa dan raga Indonesia menjadi integrasi penting yang akan direalisasikan oleh para kader Muhammadiyah. Begitupun juga yang berasal dari ormas yang lain, kalangan akademisi, profesional lainnya," tutupnya.
(Puteranegara Batubara)