Ia menambahkan, semangat egaliter yang dulu hidup dalam generasi pendiri bangsa — seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Bung Syahrir — menunjukkan bahwa republik ini didirikan di atas prinsip kesetaraan. Tradisi itu, menurutnya, terus hidup di Partai Golkar yang juga menyebut tokoh-tokohnya dengan sapaan “Bung”.
“Safari Ramadhan ini menjadi pengingat bahwa republik adalah milik semua, bukan hanya kelompok elite politik, ekonomi, atau budaya. Di tengah tren politik yang makin elitis, inisiatif semacam ini penting untuk menyegarkan kembali memori kolektif bangsa,” kata Shoim.
Shoim juga menilai kegiatan tersebut memperlihatkan bahwa Partai Golkar tidak kehilangan akar keterbukaannya. Ia menilai Bahlil membawa napas baru yang menegaskan bahwa negara ini harus terus membuka kesempatan bagi seluruh rakyat tanpa memandang asal-usul.
“Pesannya jelas: republik ini bukan milik warisan golongan tertentu, tetapi milik rakyat Indonesia seluruhnya,” tutupnya.
(Khafid Mardiyansyah)