JAKARTA - Siapakah sosok Genevieve Jeanningros? pada 25 April 2025, dunia dikejutkan oleh momen penuh emosional di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Suster Geneviève Jeanningros, seorang biarawati asal Prancis-Argentina berusia 81 tahun, dibolehkan melanggar protokol gereja untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sahabatnya, Paus Fransiskus.
Meskipun area sekitar peti jenazah hanya terbuka untuk kalangan tertentu, Suster Geneviève diperkenankan untuk berada di sisi jenazah Paus. Tindakannya yang emosional mengingatkan kita pada makna persahabatan sejati dan pengabdian tanpa pamrih.
Persahabatan yang Mendalam dengan Paus Fransiskus
Suster Geneviève telah menjalin persahabatan erat dengan Paus Fransiskus selama lebih dari empat dekade. Keduanya pertama kali bertemu saat Paus masih menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires Argentina. Suster Geneviève dikenal karena dedikasinya dalam melayani komunitas marginal, termasuk pekerja pasar malam, tunawisma, dan wanita transgender di Ostia, Roma. Ia sering membawa kelompok-kelompok ini untuk menghadiri audien umum dengan Paus, yang selalu menyambut mereka dengan hangat.
Melanggar Protokol demi Persahabatan
Pada saat jenazah Paus Fransiskus disemayamkan di Basilika Santo Petrus, area di sekitar peti jenazah biasanya hanya dapat diakses oleh kardinal, uskup, dan imam. Namun, Suster Geneviève diberikan izin khusus untuk memasuki area terbatas tersebut. Dengan bantuan seorang petugas, ia melangkah maju, mengenakan jilbab biru dan pakaian biru tua, dan berdiri di samping peti jenazah Paus.
Dalam momen penuh emosi, ia menangis tersedu-sedu, menutup wajahnya dengan kedua tangan, dan berdoa sejenak sebelum mengucapkan selamat tinggal terakhir. Tindakan Suster Geneviève mencerminkan kedalaman persahabatan dan penghormatan yang tulus kepada Paus Fransiskus. Meskipun melanggar protokol gereja, izin yang diberikan menunjukkan penghargaan terhadap kontribusinya dalam pelayanan pastoral dan komitmennya terhadap mereka yang terpinggirkan. Paus Fransiskus sendiri pernah menjulukinya dengan "L'enfant terrible" atau "anak nakal" sebagai bentuk keakraban dan kasih sayangnya .
Kisah Suster Geneviève Jeanningros adalah contoh nyata dari dedikasi, kasih sayang, dan keberanian dalam menembus batasan demi menghormati sahabat sejati. Melalui tindakan sederhana namun penuh makna ini, ia mengajarkan kita tentang pentingnya persahabatan sejati dan pengabdian tanpa pamrih.
(Awaludin)